SELAMAT PAGI INDONESIA
- August 25, 2013
- by Nur Imroatun Sholihat
my another randomness |
Hari ini, saya dan dua teman saya berlari 8
kilometer. Haha, tentu saja bukan karena kami terlalu bersemangat berolahraga--tentu saja bukan.
Kami sedang mengikuti sebuah event Istana Kepresidenan bertajuk “Indepedence
Day Run Semangat 17/8 untuk Merah Putih”. Bukan medali yang kami cari tetapi
sekadar finish. Bagi kami, finish bukan di urutan terakhir adalah prestasi. LOL.
Memulai hari dengan chaos karena jalur busway dialihkan dan akhirnya kami harus berjalan dari Harmoni untuk sampai garis start di depan istana presiden, kekacauan kami bertiga tidak berhenti di situ. Bukannya lari, kami justru bercanda sepanjang perjalanan 8 kilo. Alhasil kami finish di urutan 13400-an (horeeeee). Haha, standing applause untuk diri sendiri.
Ngomong-ngomong soal lari di pagi hari dan independence day, udara pagi ini
tiba-tiba mengingatkan saya pada puisi sastrawan Indonesia favorit saya,
Sapardi Djoko Damono. Puisi ini adalah puisi tentang Indonesia yang pertama
kali membuat batin saya bergemuruh dalam perasaan yang sulit dijelaskan.
Selamat Pagi Indonesia
selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil
mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu.aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,
merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman
yang megah,
biarkan aku memandang ke timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil
memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar : aku tak lain milikmu
memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar : aku tak lain milikmu
totalitas sampai ke kostum :) |
Saya
teringat masa ketika membaca puisi ini pertama kali, I was speechless back
then. Saya jatuh hati, benar-benar jatuh hati pada pilihan kata Sapardi dalam
menggambarkan nasionalisme. Kita mungkin tak bisa berucap rasa cinta yang
mendalam pada negara, tangan juga terlalu kurus untuk terkepal. Kami telah bersahabat
dengan kenyataan untuk diam-diam mencintaimu. This part is so sacred! pada suatu hari tentu
kukerjakan sesuatu agar tak sia-sia kau melahirkanku. Oh, saya merinding. Terasa benar: aku tak
lain milikmu adalah klimaks dari segala ungkapan cinta tanah air. Sapardi
sukses menggugah kesadaran pembaca tentang melihat nasionalisme
seutuhnya. Tanpa slogan, tanpa kepalan tangan: kita bisa mengabdi untuk negara
dengan cara kita masing-masing.
after 8 kilos, finished :) |
Selamat Pagi Indonesia karya Sapardi adalah
puisi tentang Indonesia terbaik yang pernah saya baca. Sang maestro sastra
seperti biasa selalu berhasil mengoyak batin dengan filosofi dan pilihan bahasa
yang luar biasa elegan. Apalagi yang harus saya jelaskan tentang Sapardi? Semua
orang telah mengetahui betapa mengagumkan sepak terjangnya di dunia sastra,
betapa sakralnya puisi-puisi Beliau. Bahkan seorang yang tidak menggemari puisi
sekalipun pasti tahu frasa “aku ingin mencintaimu dengan sederhana” milik
Sapardi.
Selamat pagi Indonesia. Pagi ini puluhan ribu
orang berlari untuk memperingati kemerdekaanmu. Kami tahu, tak cukup seremoni
untuk membuktikan perasaan kami. Tetapi di senyum orang-orang yang saya temui
pagi ini, saya melihat engkau Indonesia :)
Puisi ini dicipta beliau tahun brapa ya? Mhon pencerhannya.. trmakasih
ReplyDeletePuisi ini ditulis tahun 1965 kalau saya tidak salah :)
Delete