DOMPET YANG HILANG
- June 18, 2016
- by Nur Imroatun Sholihat
Sekitar sebulan
yang lalu, dompet saya hilang. Setelah saya ingat-ingat lagi, dompet itu
sepertinya jatuh dari tas saya. Awalnya saya bersikap tenang sebab dompet teman
saya yang hilang beberapa bulan yang lalu dikembalikan. Maka saya berpikiran
positif bahwa dompet saya akan bernasib sama. Setelah empat hari berlalu,
kesadaran saya kembali. Saya mulai merasa sedih dan nelangsa. Semua kartu-kartu
penting saya ada di sana. Saya mulai mempertanyakan kenapa orang yang menemukan
dompet itu tidak menghubungi saya. Padahal saya dapat dengan mudah dihubungi
sebab ada kartu nama saya di sana. Pokoknya saya pengen banget mengeluh. Namun, rasanya
mengeluh pun tak ada gunanya. Jadi saya menata hati saya untuk melihat kembali
kejadian tersebut dengan sudut pandang yang lebih baik. Saya pun mencoba untuk bersyukur.
The first one
because some people are amazingly kind. Ketika saya berkata dompet saya hilang,
teman-teman saya berlomba-lomba menawarkan bantuan. I gave special credit for
Burhan yang rela malam-malam nemenin saya ke kantor polisi dan beliin saya
pulsa untuk telpon call center supaya memblokir kartu ATM saya. Orang-orang
yang hatinya mulia membuat saya bergumam “Bagaimana mungkin beberapa orang
sebaik itu?”. Subhanallah. Teman-teman yang baik adalah nikmat yang luar biasa. How to be ungrateful anyway :)
Rasa syukur yang
kedua sebab Allah sedang meningkatkan derajat kesabaran saya. Allah ingin
berbicara kepada saya melalui cobaan. Sebab segalanya yang berjalan lancar membuat saya kurang
bersyukur dan kurang mampu bersabar. Mungkin manusia tidak menyukainya tetapi
hanya ujian lah yang mampu meningkatkan kita ke derajat yang lebih tinggi.
Alhamdulillah saya diuji kembali.
Yang ketiga,
saya bersyukur karena ditegur atas rasa sombong di hati saya. Allah ingin
mengingatkan saya sebab di dalam hati ini masih terselip rasa bangga pada apa-apa yang saya punyai.
Astagfirullah. Betapa lemahnya makhluk bernama manusia. Bagaimana mungkin
seonggok tulang dan daging ini bisa merasa sombong dengan apa-apa yang
dimilikinya padahal hanya titipan dari Tuhannya.
Maaf ya Allah
atas rasa bangga yang berlebihan atas nikmat-nikmat yang Engkau berikan. Maaf
ya Allah, ternyata kesombongan diam-diam masih terselip di hati hamba. Maaf ya
Allah ternyata ikhlas tidak bisa otomatis menjadi sikap saya atas takdir-Mu. Maaf
ya Allah, Engkau harus menegur hamba-Mu yang tak malu pada kesombongan dalam dirinya ini. Saya bahkan terlalu angkuh untuk menyadari dan
mengakui kesombongan di dalam hati. Padahal kesombongan selalu ada di sana—saya
saja yang terlalu nyaman hidup bersamanya.
Ya Allah, ya
jabbar. Hanya Engkaulah satu-satunya dzat yang pantas untuk sombong. Semoga Engkau menjauhkan saya dari sifat yang hanya boleh dimiliki oleh-Mu itu ya Allah.
----
image source: readthenews.net
0 Comments:
Post a Comment