IMZROADTOLAMPUNG #2: MUSEUM LAMPUNG
- October 20, 2015
- by Nur Imroatun Sholihat
pelataran museum |
Saya memilih Museum
Lampung sebagai objek kedua bukan karena saya kelewat cinta museum atau cinta
sejarah atau cinta kamu tetapi karena museum ini bersebelahan dengan
Universitas Lampung yang berarti dekat dari tempat kos saya. Sekalipun tempat
satu ini terkesan kuno dan nggak seru buat jalan-jalan, saya memilih
untuk tetap memaksakan diri sesekali ke museum. Pergi ke museum bikin kita tahu
tentang peninggalan yang berharga dari masa lalu dan pada akhirnya membuat kita
merenungi banyak hal. Kalau saya sih biasanya merenungi betapa kerennya
Indonesia di masa lalu.(Kenapa jadi serius gini. Lha iya masa mau ditulis merenungi
masa lalu denganmu sih *eh)
bukti perkembangan Islam di Lampung |
silsilah Radin Inten II dan senjata khas Lampung |
kristal |
Saya pergi ke
sana bersama teman kos saya, Asmi. Kalau teman-teman datang ke Museum Lampung
sempatkan berfoto di pelataran depan museum. Bisa jadi bukti beneran sudah ke
Lampung karena ada tulisan di atapnya. Hehe. Tiket masuk untuk umum adalah 4000
rupiah. Saya lupa nanya berapa harga tiket untuk pelajar apalagi untuk
orang yang susah move on (siapa tau
ada harga khusus) gara-gara terlalu semangat pengen segera muter. Begitu masuk, kami
langsung disambut dengan aksara Lampung yang malah bikin saya keinget pelajaran
aksara jawa yang susahnya minta ampun. Sisi kiri museum berisi display hewan
khas Sumatera, fosil, dan prasasti. Sisi kanan lantai 1 berisi display Lampung dari waktu ke waktu. Kita bisa melihat ringkasan perkembangan agama,
silsilah Radin Inten, senjata jaman VOC, kristal, keramik Belanda, sampai numismatika
uang (ragam jenis uang dari zaman ke zaman).
Beranjak ke
lantai 2, di sini ditunjukkan tradisi di Lampung mulai dari kelahiran sampai
kematian. Yang cukup menyita tempat adalah display tentang pernikahan lengkap
sampai kamar pengantinnya. Ada 2 jenis baju pernikahan yang dipajang di sini
yaitu yang berwarna merah dan yang berwarna putih. Di sini juga terdapat gamelan dan
miniatur rumah adat Lampung.
Nah setelah puas
berkeliling, saya dan Asmi melihat-lihat rumah panggung, alat penumbuk padi, meriam,
dan jangkar raksasa yang ada di depan museum. Puas berkeliling, kami kemudian
memutuskan untuk pulang. Namun sebelum benar-benar pulang, kurang lengkap
rasanya siang yang panas itu tanpa es buah. Kami menikmati es buah di jalur 2
Unila sembari bercerita tentang pengalaman mengunjungi Museum Lampung. Lebih dari
itu, saya menggali banyak hal tentang Lampung untuk memperkaya tulisan-tulisan
saya dari Asmi yang asli orang Lampung. Hari itu menjadi hari yang menyenangkan
bagi saya dan Asmi yang udah kaya duo petualang museum aja. Hihihi. Oh ya, tunggu imzroadtolampung edisi selanjutnya ya...
Imzroadtolampung
edisi kedua saya tutup dengan ajakan “Ayo ke museum geh!” :)
-----
Read also: imzroadtolampung #1: Universitas Lampung
-----
Read also: imzroadtolampung #1: Universitas Lampung
wihh udah main k sni yah..? gw belom :V
ReplyDeletejadi museum ini 2 lantai..?