Pagi ini saya
terbangun sahur dan tidak bisa tertidur lagi padahal subuh masih agak lama.
Jadi kata “menunggu pagi” muncul begitu saja di pikiran. Saya baru sadar
frasa tersebut adalah judul salah satu lagu milik Noah. Padahal nggak sengaja
lho. Hihi. Saya teringat kembali bahwa setiap kali liburan, saya jadi jarang
sekali menulis. Padahal kalau sedang tak libur, selalu saja menganggap dirinya
kesulitan mencari waktu untuk menulis. Ah, manusia memang selalu punya alasan
untuk menunda. Jadi sembari menunggu pagi, saya memaksakan diri untuk
menyalakan laptop dan menulis kembali.
Idul fitri
adalah pulang
Pulang pada
kesadaran bahwa ketika tangan-tangan kita hendak menggapai semesta
Yang benar-benar
kita butuhkan adalah dunia kecil kita
Dunia di mana
terdapat orang-orang terdekat yang kerap kali mengkhawatirkan kita dalam diam
Sekumpulan orang
yang menganggap doa adalah cara mereka melampaui jarak
:menyampaikan setangkup rasa
Akhirnya, cerita
bersambung “Pastel Toned Sky” telah rampung beberapa waktu yang lalu. Sejujurnya sudah sedari lama saya
ingin menulis cerita semacam ini. Proses kreatif penulisan cerita ini sungguh
menyenangkan. Anway, entah kenapa sejak lama saya pengen nulis tokoh yang punya latar belakang teknik. That's why, Ardana Kamajaya adalah seorang mahasiswa teknik mesin dan Deara Klarina ketua HIMA teknik arsitektur. Setiap karakter dalam cerita ini bikin saya terhanyut dalam daya tarik mereka. Saya suka cara
Arda menyayangi, suka Nera yang biasa aja sih tapi unik—entah kenapa karakter
seperti Nera ini yang saya bayangin cocok sama Arda. Saya suka Dimas yang full
of positivity hingga bisa menikmati hidup dengan sebaik-baiknya termasuk
menyeberangi hujan dengan langkah ringan. Saya super baper pada karakter Deara
yang…..saya yakin bahkan jika dia ada di kehidupan nyata, Arda belum tentu
melepaskannya. Haha. She’s just full of charms.