Setelah kaleng cat dibuka, kita
mulai mewarnai kain dengan warna yang tak sengaja berbeda. Kau berceramah tentang betapa membosankannya kain-kain itu tanpa cat warna. Tanganmu tidak kehabisan ide untuk mengibarkan kain itu. Di dunia permainan,
batang kayu adalah tiang bendera kita. Terus terang sejak berkawan denganmu duniaku berjalan di luar garis kewajaran. Bukankah kita seharusnya memiliki bendera kita
masing-masing? Kita unik dengan paduan warna kita masing-masing. Kau
masih melanjutkan alasanmu mengapa kau menenteng segala warna cat di kedua
tanganmu.
Di masa lalu, dengan tas punggung mungil kita membawa beragam rupa mimpi. Anak kecil tak gentar berlari
mengejar pesawat kertas yang diterbangkan tinggi. Bila pesawat mendarat di tanah, bocah dengan lugu menerbangkan kembali kertas yang dilipatnya sendiri. Ketika kertas mimpi itu terdampar di dahan, dengan girang kita meraihnya kembali. Pesawat sederhana yang bisa kita buat begitu saja dan kapan saja itu dulu terlampau membahagiakan.
KOPER
Nur Imroatun Sholihat
October 16, 2013
Suara parau radio yang bergema di sudut kamarmu
Mengepul secangkir
asap di gelas besi
Menyeruput si hitam pekat itu
Sama pahitnya dengan menungguku selesai berlarian di
pelataran
Aku kembali ke ruang ini
Mengaduk memori yang terkunci
Hanya saja tak ada seseorang duduk di sana menantiku kembali
Aku telah lelah bermain
Menyusuri daun ketela yang dulu kerap ku bandingkan dengan telapak
tanganku
Aku datang lagi dengan kaki yang sama
Tanah adalah alas kita
Tetapi aku tak menemukan jari-jarimu di sana
KAKEK
Nur Imroatun Sholihat
October 15, 2013
Seperti matahari, dia adalah seseorang yang berjalan ke arah barat. Sementara aku terlambat berpindah arah mengejarnya dari kejauhan. Jarak bayang-bayang kami sama jauhnya dengan batin kami. Kemudian aku berhenti untuk menunggunya berjalan dari timur keesokan harinya. Di satu titik kami tentu saja bertemu. Ada waktu kami bisa berpapasan, hanya saja terlampau sebentar.
Aku sendiri tak begitu yakin mengapa dia begitu memesona. Aku berhasrat menatap lebih lama sekalipun kilaunya menusuk mata. Aku ingin dia memperlambat langkahnya agar berjalan di sampingku. Aku berangan dia menawarkan hatinya kepadaku. Pandang yang teralihkan saat dia melintas, mulut yang terbata-bata mendeskripsikannya: entah.
BARAT
Nur Imroatun Sholihat
October 13, 2013