-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

About me

Hello

I'mNur Imroatun Sholihat

IT Auditor and Storyteller

So I heard you are curious about IT and/or auditing. I'm your go-to buddy in this exciting journey. My typical professional life consists of performing (and studying!) IT audit and managing the award-winning magazine, Auditoria. Armed with a Master of Commerce in Digital Transformation from UNSW Sydney, I'm currently wearing multiple hats—ambassador at IIA Indonesia's Young Leader Community, mentor at ISACA Global, Head of Public Relations at MoF-Cybersecurity Community, and trainer at IIA Indonesia. You'll also find me sharing insights on my YouTube channel, speaking at seminars, and crafting content on LinkedIn. Let's connect and dive into the world of IT and auditing together!

Blog

BENDERA

Setelah kaleng cat dibuka, kita mulai mewarnai kain dengan warna yang tak sengaja berbeda. Kau berceramah tentang betapa membosankannya kain-kain itu tanpa cat warna. Tanganmu tidak kehabisan ide untuk mengibarkan kain itu. Di dunia permainan, batang kayu adalah tiang bendera kita. Terus terang sejak berkawan denganmu duniaku berjalan di luar garis kewajaran. Bukankah kita seharusnya memiliki bendera kita masing-masing? Kita unik dengan paduan warna kita masing-masing. Kau masih melanjutkan alasanmu mengapa kau menenteng segala warna cat di kedua tanganmu.

KOPER


Di masa lalu, dengan tas punggung mungil kita membawa beragam rupa mimpi. Anak kecil tak gentar berlari mengejar pesawat kertas yang diterbangkan tinggi. Bila pesawat mendarat di tanah, bocah dengan lugu menerbangkan kembali kertas yang dilipatnya sendiri. Ketika kertas mimpi itu terdampar di dahan, dengan girang kita meraihnya kembali. Pesawat sederhana yang bisa kita buat begitu saja dan kapan saja itu dulu terlampau membahagiakan.

KAKEK

Suara parau radio yang bergema di sudut kamarmu
Mengepul  secangkir asap di gelas besi
Menyeruput si hitam pekat itu
Sama pahitnya dengan menungguku selesai berlarian di pelataran

Aku kembali ke ruang ini
Mengaduk memori yang terkunci
Hanya saja tak ada seseorang duduk di sana menantiku kembali

Aku telah lelah bermain

Menyusuri daun ketela yang dulu kerap ku bandingkan dengan telapak tanganku
Aku datang lagi dengan kaki yang sama
Tanah adalah alas kita
Tetapi aku tak menemukan jari-jarimu di sana

BARAT


Seperti matahari, dia adalah seseorang yang berjalan ke arah barat. Sementara aku terlambat berpindah arah mengejarnya dari kejauhan. Jarak bayang-bayang kami sama jauhnya dengan batin kami. Kemudian aku berhenti untuk menunggunya berjalan dari timur keesokan harinya. Di satu titik kami tentu saja bertemu. Ada waktu kami bisa berpapasan, hanya saja terlampau sebentar.

Aku sendiri tak begitu yakin mengapa dia begitu memesona. Aku berhasrat menatap lebih lama sekalipun kilaunya menusuk mata. Aku ingin dia memperlambat langkahnya agar berjalan di sampingku. Aku berangan dia menawarkan hatinya kepadaku. Pandang yang teralihkan saat dia melintas, mulut yang terbata-bata mendeskripsikannya: entah.

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE