Kau
mendengar rencana kepindahanku bukan?
Kini saat
aku tidak akan lagi berdiam pada kota yang sama denganmu, aku menyadari betapa
lamanya aku berdiam pada hati yang sama. Telah begitu lama aku seolah mendengar tawamu sepanjang waktu. Betul kita berada di kota yang sama tetapi kau tak sedang
dekat maupun berucap saat aku terus mendengar suaramu. Aku ingat ketika pertama
kali kau tak sengaja membaca namamu di buku catatanku lalu aku terdesak
mengakui perasaanku. Kejadian itu masih terasa memalukan bahkan setelah enam
tahun berlalu. Aku masih mengingat ketika terakhir kali kita berjumpa dan kau
tetap bersikap seolah aku tak pernah berucap apa-apa. Kau tahu perasaanku dan
menganggap seolah tidak terjadi apa pun.