Hari yang biru itu adalah hari ini. Detik-detik perpisahan akhirnya menampakkan diri.
Aku tersenyum melepaskan satu persatu orang yang mengantarku. Mataku masih saja refleks mencarimu di antara orang-orang di sekelilingku. Berkali aku memastikan keberadaaanmu barangkali kau baru saja datang. Ketika aku telah memunggungi mereka dalam langkah kepergianku, mataku terasa begitu perih. Hingga detik aku melepaskan pijakanku dari kota ini, bayanganmu sekalipun tak berkelebat. Aku terlampau percaya diri bahwa kau pasti datang. Lebih dari itu, aku terlalu keras kepala untuk tidak mengusir suaramu yang menjadi musik pengiring kehidupanku enam tahun ini.
Aku tersenyum melepaskan satu persatu orang yang mengantarku. Mataku masih saja refleks mencarimu di antara orang-orang di sekelilingku. Berkali aku memastikan keberadaaanmu barangkali kau baru saja datang. Ketika aku telah memunggungi mereka dalam langkah kepergianku, mataku terasa begitu perih. Hingga detik aku melepaskan pijakanku dari kota ini, bayanganmu sekalipun tak berkelebat. Aku terlampau percaya diri bahwa kau pasti datang. Lebih dari itu, aku terlalu keras kepala untuk tidak mengusir suaramu yang menjadi musik pengiring kehidupanku enam tahun ini.