Dia mengulurkan melon berdiameter 18 cm padaku. Sebilah pisau di tangan kirinya. Aku mengangkat alis. Selama ini aku yakin dia tak pernah mengenalku. Aku berusaha berekspresi sedatar mungkin seolah tak terpikirkan hal selain melon itu.
“ Kenapa melon?”
“Karena non mainstream. Ini ide random aja.” Dia tertawa renyah. Aku masih mengernyitkan dahi. Dia memang terkenal tidak mau ikut arus.
Saya baru saja selesai menonton “Dream High 2”. Karena saya cukup terkesan dan mendapat banyak energi positif dari serial sebelumnya yang berjudul Dream High, sekuelnya tentu saja saya tunggu. Berbeda dari Dream High yang menyita perhatian saya sejak episode pertama karena bertabur banyak pelajaran dan motivasi, saya justru baru tertarik pada Dream High 2 sejak episode 9.
Saya menyebutnya B moment. Inilah speech yang membuka moment yang menarik hati saya itu: