"Everywhere I go, I’ll always remember that Indonesia is the most beautiful country. But to get a whole new perspective, I’ll travel abroad as much as I can"
Passport effect
As i wrote on Traveler’s Tale : Belok Kanan Barcelona, I'm addicted to Rhenald Khasali’s article: Passport. It affects my perspective about going abroad. Then, I’m on my first journey to make my dream happens.
KL, Here We Go
Kami memilih KL dengan pertimbangan jarak. Selain tiket yang lebih murah dibanding ke negara lain, kami penasaran dengan negara jiran ini. Pergilah kami berdua (saya dan Maul) ke KL dengan modal nekat dan tas punggung.
What We Learn
Karena kami punya visi bahwa pergi keluar negeri untuk mendapat perspektif baru, inilah yang kami pelajari di sana:
1. What an English-Fluent Host
Kami berdua tinggal di rumah seorang dosen bahasa Inggris bernama Liana. Dari pertama bertemu kami lebih banyak bercakap dengan bahasa inggris karena banyak istilah Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu yang tidak match. Lebih mengherankan buat kami, Kak Liana ini bahkan berbahasa Inggris saat ngobrol dengan Ibunya. Benar-benar iri pada cas-cis-cus bahasa Inggrisnya .
The time has come to be fluent in English no matter what.
2. Her Mom is Backpacker!
Ternyata usut punya usut, Ibu Kak Liana ini adalah seorang backpacker (that's why she spoke english fluently). Beliau berbagi cerita tentang perjalanannnya ke banyak negara. Berbeda dari yang kami pikir sebelumnya bahwa perjalanan Beliau pasti mahal, Beliau tidur di rumah warga (just like us) dan membawa tas punggung. Umur ternyata bukan masalah buat Beliau.
Since met her, I wish I could be a backpacker for all of my life :)
3. Lovely Public Transportations
Ini benar-benar di luar dugaan, Malaysia yang kami pikir 11-12 dengan Indonesia ternyata punya sistem transportasi yang lebih bagus. Pembelian tiket dilayani mesin dan kereta yang nyaman membuat kami senang bepergian dengan kereta.
Mereka juga punya bis GoKL yang mengantar kita ke objek-objek wisata di KL, gratis!
4. Uchop’s Effect
![]() |
Miss Sina and me :) |
Di malam pertama kami tinggal di Malaysia, kami diajak Kak Liana
mendatangi Merdekarya. Tempat itu adalah tempat di mana para pekerja
menuangkan keahlian seni mereka.
“This is Miss Sina, she’s a lecturer” Kak Liana mulai memperkenalkan kami pada satu persatu performer di sana.
“He’s a graphic designer” MC membuka performer seorang dancer yang membuat mata saya seolah tak berkedip. He danced so well! “I dont care what others say about me, I just wanna dance” Lelaki bernama Uchop itu menggebrak hati saya soal passion. Bertemu orang yang punya pekerjaan di luar passion dan tetap berkarya di jalur passionnya itu sesuatu banget. Ada yang berbakat menyanyi, mencipta lagu, teater, nge-MC, bermain gitar, membaca puisi-- semua seni tumpah ruah di sana. Mereka membuat saya seperti menonton parade seni para seniman, bukan pekerja kantoran.
Merdekarya didirikan oleh Brian Gomez, seorang pendatang yang sudah merasa Malaysia adalah tanah airnya. Malam itu dia menyanyikan lagu ciptaannya “Aku Bukan Pendatang”, sebuah lirik jenaka dibalut musik country upbeat. Merdekarya punya peraturan one drink minimum, yang berarti ikut membiayai kelangsungan hidup tempat penuh kreativitas itu. Dihadiri penonton yang cheerful, acara malam itu benar-benar meriah dan renyah. Hebatnya lagi, acaranya ini disuguhkan dalam bahasa Inggris (Aku bukan Pendatang adalah pengecualian, it was just for fun).
Menurut kami berdua, pertemuan kami denga Uchop dkk adalah sebuah gerbang menuju kesadaran tentang passion. Whatever happens, do your passsion. Your passion is your life :)
Seperti yang telah Brian lakukan, saya berjanji, suatu saat nanti, saya akan menjadi orang yang mendukung talenta orang-orang di sekitar saya.
“keep on merdeka-ing in the free world” They said
Dari koridor itu semestinya ku mendengar besi-besi tua hingar dalam laju yang tak henti-henti. Di sela denyut nadimu seharusnya aku mendengar riuh-rendah langkah tergesa-gesa pengharapan. Namun, dalam lengkung lazuardimu melingkupi putaran bumiku, tak ada gelegar di luar sana. Napas yang terseok-seok kau seret mengetuk telingaku. Aku terperangkap derit hela napasmu begitu gaduh.
Which parts of this world are certainty?
Bahkan ketika sebagian besar orang percaya bahwa Barca dan Madrid yang akan berada di puncak (a.k.a. all Spanish final), Dormund and Muenchen joined the biggest stage.
Borussia Dormund and Bayern Muenchen, we said they’re minors to the spanish-duo. People said that El Classico going to happen in the final. They said that this is Spain football era. Barca dan Madrid telah mendominasi dunia persepakbolaan beberapa tahun terakhir. Tetapi Beberapa hari yang lalu kita kembali menjadi saksi, segala sesuatu masih mungkin. Barca kalah dengan skor agregat 0-7, hal ini mungkin terdengar hampir mustahil awalnya. Bahwa akhirnya tiket final justru milik duo Jerman, mungkin terdengar impossible awalnya.