Hello. I wrote another random note. Hehehe. Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan
memandu acara training COSO 2013 yang diadakan di kantor saya. Karena tugas
memandu acara itu, saya “terpaksa” mengikuti seluruh rangkaian acara yang
berlangsung selama tiga hari. Otak saya yang pas-pasan ini berasap mendengar
materi COSO yang terasa sungguh antah berantah. Tapi
aku kudu kuat *tsaaaaah. Untungnya trainer yang mengisi acara
membawakan materi dengan sangat menarik. Mr. Raoul Menes, pembicara pelatihan ini, adalah president of Board of Governors di Institute of Internal Auditors. Tak hanya memukau dengan kemampuannya di bidang audit, lelaki asal Kanada ini juga sangat terampil membawakan presentasi sehingga audiens betah mengikuti acara.
(Training ini lagi-lagi menyindir saya untuk rajin belajar.)
Malam itu aku bersua dengan paras
yang ku rindukan seumur hidup. Itulah kala pertama hatiku tertaut
pada seseorang. Sejak malam itu kau mencuri malamku. Di malam-malam sebelum perjumpaan, aku memimpikanmu dalam tidur. Wajah yang belum ku
kenali itu duduk santai mengaduk-aduk alam bawah sadarku. Seusai pertemuan
itu, malam memerdekakan
diri dariku guna menghampirimu. Malam berdansa lincah denganmu hingga
penghujung malam. Karena dirimu, aku tak melintasi satu malam pun
tanpa diledek rasa sesal kehilangan.
“Tuhan, kuatkan aku. Lindungi ku dari putus asa”- Muhasabah Cinta, Edcoustic
(Just a random note)
Sabtu kemarin, saya mengikuti
seleksi program transfer beasiswa S1 akuntansi UNS. Hari kamis sebelumnya, saya
dan teman-teman sekantor yang mengikuti ujian ini berangkat ke Solo. Tak
disangka saya malah sakit tepat sebelum berangkat. Dan sakit saya tambah parah
sewaktu saya tiba di kota berslogan “The Spirit of Java” tersebut. Padahal saya
yang belum melakukan persiapan ujian dengan belajar itu berharap bisa belajar
ketika di Solo. Nyatanya saya justru hanya bisa istirahat penuh supaya di hari
H saya tetap bisa mengikuti ujian.
“Tuhan, baru ku sadar indahnya nikmat sehat itu. Tak pandai aku
bersyukur, kini ku harapkan cinta-Mu.”
Sepucuk kartu pos
tersenyum melayang ke arahku. Tak ada nama pengirim di sana tetapi aku telanjur hafal
wujud tulisan tanganmu. Seperti permadani terbang kartu itu melintas dan mengapungkanmu di hadapanku.
Bisakah kau berhenti membuatku berimajinasi kau tengah duduk di atas selembar kertas itu?
“Kau yang selalu
bertengkar dengan titik, tetaplah bertengkar. Dengan begitu kau akan senantiasa
menulis dan aku masih akan terus membaca.”