Saya baru saja selesai membaca Travelers’ Tale Belok Kanan: Barcelona!. A bit too late sih, kalau nggak mau dibilang telat banget baca bukunya. Hihi. Saya memutuskan membaca buku itu dengan dua pertimbangan: kata Barcelona yang notabene ada di wish list saya (namanya juga wish list, sah-sah aja ya, hehe) untuk dikunjungi (aamiin) dan a very cool opening, sebuah email dari sahabat sejak SD tentang pernikahannya dengan seorang gadis Catalonia.
Masing-masing sahabat kemudian bercerita tentang keterkaitan mereka dengan si pengirim email, Francis Lim. Farah yang sedari dulu menyukai Francis–membanjiri emosi saya dengan perasaan I want to stop that marriage at all cost seolah-olah saya juga memiliki kisah yang sama. Yusuf yang suka Farah gara-gara peristiwa bedah kodok di pelajaran Biologi (God bless biology, hihi) tapi bertepuk sebelah tangan—membenturkan saya pada kekonyolan si ceplas ceplos yang jatuh hati setengah mati pada gadis yang jelas-jelas suka pada pria lain. Dan Retno yang awalnya mengenal Francis lewat bakpao, menolak lelaki itu 2 kali gara-gara perbedaan keyakinan sampai akhirnya terpuruk karena undangan pernikahan dari Francis. Uniknya, 3 orang sahabat Francis itu hidup di 3 negara berbeda. Farah di Hoi An, Vietnam; Yusuf di Cape Town, Afsel; dan Retno di Kopenhagen, Denmark.