Gerak bola matanya melambat. Berulang kali kelopak matanya terjatuh, terpejam sejenak, lalu terbuka kembali. Binar matanya teduh. Dia mengusap matanya, mengalirkan energi kesabaran untuk menunggu hujan berujung. Sorot mata tenang menatap gemericik hujan. Alis matanya merahasiakan betapa ia ingin terlelap sembari menunggu waktu langit berhenti menangis.
Begitu banyak waktu yang aku butuhkan untuk sadar bahwa, bukan teka-teki perasaannya yang memilukan hatiku, tetapi ketidakhadirannya di dunia. Setahun setelah dia pergi, guratan nostalgia tentangnya tak kunjung sirna. Hampir setiap tempat yang memutar memori tentangnya membuat penglihatanku berlapis air mata. Setahun ternyata telah membuatku mengikhlaskan pertanyaan-pertanyaanku tidak terjawab.
Setahun sudah serpihan hatiku yang berserakan tak kunjung bergerak untuk merapikan diri. Aku yang begitu ingin beranjak dari memori masa lalu tentangnya tak bergerak sejengkal pun. Dia telah meninggalkan jejak-jejak menganga yang memenuhi luas hatiku. Saat cairan merah pekat menetes dari tubuhnya, aku begitu ingin bertanya tentang perasaannya. Kini aku mengerti mengapa aku kehabisan kata di depannya. Lebih dari sekadar tak terjawab, aku khawatir kalau dia tidak lagi berpijak di bumi.
ELEGI JALANAN (2)
Nur Imroatun Sholihat
January 07, 2013
Saya baru saja selesai membaca Travelers’ Tale Belok Kanan: Barcelona!. A bit too late sih, kalau nggak mau dibilang telat banget baca bukunya. Hihi. Saya memutuskan membaca buku itu dengan dua pertimbangan: kata Barcelona yang notabene ada di wish list saya (namanya juga wish list, sah-sah aja ya, hehe) untuk dikunjungi (aamiin) dan a very cool opening, sebuah email dari sahabat sejak SD tentang pernikahannya dengan seorang gadis Catalonia.
Masing-masing sahabat kemudian bercerita tentang keterkaitan mereka dengan si pengirim email, Francis Lim. Farah yang sedari dulu menyukai Francis–membanjiri emosi saya dengan perasaan I want to stop that marriage at all cost seolah-olah saya juga memiliki kisah yang sama. Yusuf yang suka Farah gara-gara peristiwa bedah kodok di pelajaran Biologi (God bless biology, hihi) tapi bertepuk sebelah tangan—membenturkan saya pada kekonyolan si ceplas ceplos yang jatuh hati setengah mati pada gadis yang jelas-jelas suka pada pria lain. Dan Retno yang awalnya mengenal Francis lewat bakpao, menolak lelaki itu 2 kali gara-gara perbedaan keyakinan sampai akhirnya terpuruk karena undangan pernikahan dari Francis. Uniknya, 3 orang sahabat Francis itu hidup di 3 negara berbeda. Farah di Hoi An, Vietnam; Yusuf di Cape Town, Afsel; dan Retno di Kopenhagen, Denmark.
TRAVELERS’ TALE BELOK KANAN: BARCELONA!
Nur Imroatun Sholihat
October 31, 2012
Malam ini saya berencana mencari sepatu kanvas berwarna putih polos yang rencananya akan saya dan Maul pakai setiap berangkat kerja. Menurut info yang kami dapatkan, sepatu itu dijual di pasar senen pada malam hari. Karena berencana datang ke pasar, kami sepakat dengan kaus-sendal-tanpa hp-tanpa tas. Gaya ini saya sebut gaya nyampah, atau versi Maul inilah gaya mbambes. Ternyata setelah ngubek-ubek pasar, kami nggak nemu yang kami cari. Muncul ide dari Maul untuk ke Atrium Senen. With this appereance???????
MAUL
Nur Imroatun Sholihat
October 04, 2012