Kaca jendela bus yang ku tumpangi
menangis. Hujan lebat yang kini berdrama ku harap menenangkan diri menjadi gerimis
yang romantis. Aku teringat persis bagaimana suara atap rumahku jika terguyur
hujan. Dengan suara yang berasal dari kepala, atap bus pun kini menjelma atap rumahku. Tak
peduli betapa kekanak-kanakan atau basinya kalimat ini, aku masih
mengucapkannya secara tak sadar. Aku ingin pulang.
Aku tidak membenci sepi. Telah tiba
masa aku berdamai dengan kesepian dan mencintainya. Aku berkawan karib dengan
hening nan bisu. Jari jemariku menggengam tangannya erat. Aku bernyanyi menghibur sepi yang dihinggapi kesepian. Dia tak lagi ku golongkan kejadian luar biasa. Aku dan sebagian orang mungkin menganggapnya
situasi umum yang tak terpisahkan dalam keseharian. Diriku menerimanya apa
adanya seperti aku menyetujui kenyataan bahwa makhluk hidup harus bernapas
untuk hidup.
ELEGI KESEPIAN
Nur Imroatun Sholihat
December 29, 2014
Hello. I wrote another random note. Hehehe. Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan
memandu acara training COSO 2013 yang diadakan di kantor saya. Karena tugas
memandu acara itu, saya “terpaksa” mengikuti seluruh rangkaian acara yang
berlangsung selama tiga hari. Otak saya yang pas-pasan ini berasap mendengar
materi COSO yang terasa sungguh antah berantah. Tapi
aku kudu kuat *tsaaaaah. Untungnya trainer yang mengisi acara
membawakan materi dengan sangat menarik. Mr. Raoul Menes, pembicara pelatihan ini, adalah president of Board of Governors di Institute of Internal Auditors. Tak hanya memukau dengan kemampuannya di bidang audit, lelaki asal Kanada ini juga sangat terampil membawakan presentasi sehingga audiens betah mengikuti acara.
(Training ini lagi-lagi menyindir saya untuk rajin belajar.)
COSO 2013 TRAINING
Nur Imroatun Sholihat
December 24, 2014
Malam itu aku bersua dengan paras
yang ku rindukan seumur hidup. Itulah kala pertama hatiku tertaut
pada seseorang. Sejak malam itu kau mencuri malamku. Di malam-malam sebelum perjumpaan, aku memimpikanmu dalam tidur. Wajah yang belum ku
kenali itu duduk santai mengaduk-aduk alam bawah sadarku. Seusai pertemuan
itu, malam memerdekakan
diri dariku guna menghampirimu. Malam berdansa lincah denganmu hingga
penghujung malam. Karena dirimu, aku tak melintasi satu malam pun
tanpa diledek rasa sesal kehilangan.
MENCURI MALAMKU
Nur Imroatun Sholihat
December 18, 2014