-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

About me

Hello

I'mNur Imroatun Sholihat

IT Auditor and Storyteller

So I heard you are curious about IT and/or auditing. I'm your go-to buddy in this exciting journey. My typical professional life consists of performing (and studying!) IT audit and managing the award-winning magazine, Auditoria. Armed with a Master of Commerce in Digital Transformation from UNSW Sydney, I'm currently wearing multiple hats—ambassador at IIA Indonesia's Young Leader Community, mentor at ISACA Global, Head of Public Relations at MoF-Cybersecurity Community, and trainer at IIA Indonesia. You'll also find me sharing insights on my YouTube channel, speaking at seminars, and crafting content on LinkedIn. Let's connect and dive into the world of IT and auditing together!

Blog

CATATAN DIKLAT PENGAWASAN: PKA DAN PELAKSANAAN AUDIT

                 Republik ini tak henti bermasalah
Jangan kaget kalau quote yang saya pakai lebih mirip orang habis diklat wawasan kebangsaan ketimbang diklat audit. Hihi. Quote itu diambil dari salah satu pengajar yang berbagi ilmu hari ini. Oh ya, sebenarnya hari ini-- karena beberapa hal--mood saya tidak terlalu bagus. Tetapi saya harus tetap melanjutkan diklat  dengan hati yang sedang rapuh ini #dramabanget. Baiklah, mari kita melanjutkan catatan diklat pengawasan edisi ke empat.
Materi pagi ini disampaikan oleh Bapak Andilo Tohom Tampubolon (BPKP). Hal yang paling penting untuk dicatat dari materi Beliau adalah: “Auditor tidak harus pulang dengan temuan. Jadi kalau memang tidak ada temuan ya jangan dibuat-buat”. Auditor bukan penulis skenario sinetron. Karena itu, jangan pernah mengarang temuan. Sesuai dengan filosofi di dunia hukum "Lebih baik membebaskan 1000 orang yang bersalah daripada menghukum 1 orang yang tidak bersalah", jadilah auditor yang membuat temuan hanya berdasar bukti yang akurat dan memadai. He taught us about Program Kerja Audit (PKA) too. PKA adalah rencana pelaksanaan audit untuk pengumpulan bukti yang diperlukan sesuai tujuan audit. PKA, he said, is a map for auditor.

CATATAN DIKLAT PENGAWASAN: SPIP DAN TAHAPAN AUDIT

Work can be divided between the core job and controls done to improve results in the face of uncertainty (Matthew Leitch)
Hey, I’m back. Tumben banget quote yang saya pasang rada serius gitu #pencitraanbiarkeliatanpinter. Jangan bosen ya kalau selama diklat ini saya akan menulis tentang materi audit. Oh ya, sesi pagi ini diisi oleh Bu Raida dengan materi SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah). Bu Raida ini berasal dari unit yang dulu membuat semangat saya menjadi auditor berkobar seketika #malahcurcol. Waktu itu, saya berkesempatan mewawancarai Pak Sumarno untuk majalah Auditoria. Mungkin karena baru berkesempatan berbincang langsung sama pegawai unit itu saja, saya jadi nggak bisa membandingkan dengan unit lain. Jadi selalu dimungkinkan unit lain juga memiliki auditor yang sama atau lebih kece. From what i saw, they are the ideal version of the auditors. Saya ingat waktu mewawancarai Pak Sumarno, pandangan saya tiba-tiba berubah. Awal masuk ke kantor, saya berpikir bahwa auditor is just another good profession. But then I understand that in its ideal version, audit mengusung semangat yang sangat mulia. Hari ini saya bertemu dengan rekan dari Pak Sumarno, Bu Raida Sitorus.
Materi diisi dengan nggosipin COSO framework. Itu lho, nenek moyang dari segala aturan pengendalian internal. Konon ceritanya, COSO diterbitkan karena adanya praktik kecurangan di laporan keuangan perusahaan di Amerika. Muncullah kerangka kerja pengendalian internal terintegrasi yang populer dengan sebutan COSO. Kelima framework itu adalah:

CATATAN DIKLAT PENGAWASAN: MANAJEMEN RISIKO

Setiap tujuan selalu memiliki minimal 1 risiko. Untuk sampai ke tujuan, beranilah menghadapinya.
Risk: possibility of something bad happening at some time in the future (Oxford dictionary)
Yuhuuuu, kembali lagi di catatan diklat pengawasan. Materi hari kedua adalah manajemen risiko. FYI, this phrase is very popular at my office, like seriously. Tentu ada alasan risiko jadi bahasan seharian yang membuat saya (lagi-lagi) harus menahan kantuk. Kita semua tahu bahwa risiko selalu berkaitan dengan hal yang belum terjadi, tidak diinginkan dan bersifat negatif. Lalu mengapa manajemen risiko ini ada? Karena kita tidak mungkin menunggu sesuatu itu terjadi dulu kemudian baru menyadari risiko semacam itu mengancam. Di dalam manajemen risiko, kita juga mengenal peribahasa mencegah lebih baik daripada mengobati *ceilee. Kita harus senangtiasa memperkecil kemungkinan risiko menghantui perjalanan kita.

Dengan keberadaan yang (hampir) absurd karena terkantuk-kantuk, tiba-tiba saya terpikirkan hal ini: khawatirlah pada jalan yang tidak beriringan dengan risiko, bisa jadi itu bukanlah sebuah perjalanan *abaikan. Hihi*. Kenyataannya risiko memang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan kita, tetapi bisa diminimalisasi.

CATATAN DIKLAT PENGAWASAN: KONSEP DASAR AUDIT

Setiap yang mempunyai tujuan membutuhkan audit
To be honest, until now I still wonder, how strong am I to stay still for days in the class. I always am so sleepy whenever I have to listen to the teacher and do nothing else. I think I’m a bad student TT.TT. That’s why, I need to write this diary to ensure myself that I, at least, know what the teacher said *run run*.

Secara text book, audit adalah penilaian sistematis dan objektif mengenai operasi/aktivitas guna menjamin tercapainya tujuan (efektif, efisien, ekonomis, taat peraturan, amannya asset, dan laporan pertanggungjawaban yang akurat). Audit memiliki beragam jenis seperti audit keuangan, audit kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu. Tujuan akhir audit adalah tercapainya tujuan organisasi. Sebentar, bukan materi buku yang ingin saya tulis. Saya ingin menyederhanakan cara saya mengingat-ingat materi tentang audit ini.

Ketika kita menetapkan sebuah tujuan, akan selalu ada hambatan dan ada juga usaha yang kita lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Saran dari orang lain juga diperlukan sebagai petunjuk untuk meraih tujuan. Seperti itulah juga audit. Ketika sebuah perusahaan/instansi ingin mencapai tujuan organisasi: ada risiko, ada aktivitas untuk mengatasi risiko, serta ada audit sebagai pendapat professional untuk memastikan bahwa perusahaan akan mencapai tujuannya.

Misalnya, saya ingin pergi ke hatimu rumah teman saya. Akan ada hambatan seperti kehujanan, nyasar, dan macet. Kita melakukan tindakan agar kita tetap sampai ke tujuan dengan efektif salah satunya dengan berangkat lebih cepat. Ketika kita tersesat dan tak tahu arah jalan pulang *nyanyi, kita bisa menelepon teman kita untuk menanyakan arah yang harus kita tempuh. Hambatan adalah hal-hal yang membuat perusahaan tidak mencapai tujuannya/tercapai tetapi tidak efektif, efisien, ekonomis, taat aturan, dll. Sedangkan teman yang memberi tahu kita jalan layaknya auditor bagi perusahaan.

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE