-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

About me

Hello

I'mNur Imroatun Sholihat

IT Auditor and Storyteller

So I heard you are curious about IT and/or auditing. I'm your go-to buddy in this exciting journey. My typical professional life consists of performing (and studying!) IT audit and managing the award-winning magazine, Auditoria. Armed with a Master of Commerce in Digital Transformation from UNSW Sydney, I'm currently wearing multiple hats—ambassador at IIA Indonesia's Young Leader Community, mentor at ISACA Global, Head of Public Relations at MoF-Cybersecurity Community, and trainer at IIA Indonesia. You'll also find me sharing insights on my YouTube channel, speaking at seminars, and crafting content on LinkedIn. Let's connect and dive into the world of IT and auditing together!

Blog

Showing posts with label personal. Show all posts
Showing posts with label personal. Show all posts

THE JOURNEY OF MY UNDERGRADUATE THESIS (PART 3)

source: gxo4r801.adtddns.asia

(Sorry beforehand for it is a rather long story. Hehe.)

Tulisan ini akan menjelaskan babak akhir dari perjalanan skripsi saya. Setelah menyelesaikan seminar hasil, saya harus merevisi skripsi untuk mendapat acc ujian. Dari proses revisi ini saya belajar bahwa kita semua memiliki potensi yang belum kita maksimalkan. I couldn’t contain my thankfulness to the examiner, Mrs. Rindu Rika Gamayuni, for pointing out my thesis’s flaws. Kalau Beliau nggak pernah bilang skripsi saya seperti laporan PKL dan saya harus menambahkan analisis yang mendalam, saya mungkin masih terjebak di level saya yang sebelumnya. Oh ya, skripsi ber-acc ujian merupakan salah satu persyaratan pendaftaran ujian pendadaran dan ujian komprehensif. Berhubung syarat pendaftaran kedua ujian tersebut cukup banyak, saya jadi cukup mondar-mandir mengumpulkan syarat. Setelah semua terkumpul, babak ujian pun dimulai.

THE JOURNEY OF MY UNDERGRADUATE THESIS (PART 2)

source: oogopdetoekomst.com
Setelah di tulisan sebelumnya diceritakan perjalanan saya sampai mendapat dosen pembimbing baru, akhirnya saya memulai bimbingan skripsi bersama kedua orang hebat yang mengiringi perjalanan saya itu. “Don’t give up” was the constant encouragement they said to me.

4. Menulis Proposal Skripsi.

Nah setelah mendapat dosen pembimbing baru saya akhirnya saya memulai menulis proposal skripsi. Sebelum bimbingan, tulisan saya harus melewati editing dari Aldo biar nggak malu-maluin Bahasa Inggrisnya. Nulis skripsi in english punya risiko bawaan berupa dikoreksi grammar-nya oleh dosen pembimbing dan saya cuma bisa sok tegar gitu padahal malu. Dan dampak positifnya saya jadi dipaksa belajar Bahasa Inggris lebih keras lagi. Saya jadi banyak baca referensi luar negeri biar tulisan saya nggak kaku. Saya nggak ragu sesekali baca ulang materi misal: passive voice, conjunction, dll. Saya juga install google translate di ponsel sebagai alat bantu kalau udah stuck banget. Pokoknya special thank to Merriam-Webster Dictionary dan Google Translate deh.

THE JOURNEY OF MY UNDERGRADUATE THESIS (PART 1)

Alhamdulillah. Finally I finished my study safely (lol). The tough journey to obtain the “Bachelor of Economics” title has finally come to an end. So, I’ll share you the story behind my undergraduate thesis and what I learnt from it. I write this with no intention to show off my thesis or something similar to that. I just want to share the emotions, feelings, and encouragement for everyone who is writing a thesis or will write a thesis someday.
source: pixmix.it
Jadi, tahapan-tahapan yang saya lalui ketika menulis skripsi antara lain:

BE PATIENT

"You must be patient. Even if the pains of waiting and wishing and praying tire you, be patient. Even when long periods of time pass by and others are blessed with what they’ve been praying for while you still wait, be patient. For Allah does not waste the effort of the doers of good. He delays His response only to hear you call to Him more. Be patient. For what awaits you is sweeter than the bitterness of longing."(Unknown)

A LIFE WITH TOO MANY DELAYS

source: pinterest.com
(I don’t usually share a very personal story but this time I feel like making this story spoken out. It’s just… my heart scattered into pieces. Oh Allah, pardon me for being downhearted. I know You know what's inside my heart even the things I don't know. I'm ashamed for my constant complaint though.)

Sedari kecil, hal-hal dalam hidup saya sepertinya terlambat. Penundaan seolah menjadi kawan baik saja dari hari ke hari. Saya terlambat dalam banyak hal mulai dari mengerti tentang dandan (sampai awal masa kuliah pun saya belum paham konsep untuk terlihat menarik.) sampai terlambat mendapatkan hal-hal yang penting bagi kehidupan.

COMPLEX

Complex (n): an emotional problem that causes someone to think or worry too much about something (Merriam-Webster Dictionary)
source: englishblog.com
Lately, I just figured out this hidden mental circumstance of everyone’s: people have their own complex. Di balik setiap senyum dan tawa, kita tidak pernah tahu complex macam apa yang mendera. Di belakang kebahagiaan yang tergambar di wajah seseorang, mungkin saja ada emosi yang naik-turun bak mengendarai roller coaster. Semakin saya mengenali seseorang, semakin kompleks keadaan mental yang terdapat di dalam raganya. Pada akhirnya saya mengamini kebenaran filosofi jawa yang berbunyi “urip mung sawang sinawang” (hidup hanyalah saling memandang). Karena kita menilai hanya dari yang terlihat, kita merasa kehidupan kita sulit sementara manusia lainnya menjalani kehidupan yang menyenangkan. Sebaliknya, mungkin orang yang kita nilai permasalahan hidupnya lebih sederhana justru melihat kita sebagai orang yang hidupnya lebih mudah. Karena manusia menilai yang tampak, bukan yang sebenar-benarnya dialami dan dirasakan.

FEAR

source: pinterest.com
Rumah selalu berarti akar bagi saya. Tempat di mana saya diingatkan tentang tujuan-tujuan saya. Tempat di mana saya kembali mengatur langkah setelah kehilangan arah dan lelah. Tempat di mana saya diingatkan darimana saya berasal serta langkah permulaan perjuangan. Tempat di mana saya mengetahui bahwa rasa susah payah adalah sesuatu yang membesarkan saya. Saya menjadi seseorang yang cukup kuat (menurut pandangan saya) karena saya dibesarkan bersama kesulitan. And now I realized, hardship was what made me moving forward.

So when all the old memories coming back in my mind, I remember this song. Song Mino menulis lagu ini untuk mencurahkan kisah perjuangan 6 tahun dalam kegagalan untuk kemudian berdiri menceritakan rasa takut yang mendera hari-harinya. The song entitled “Fear” by Song Mino featuring Taeyang was first performed on the most-talked hip hop competition “Show Me The Money” Season 4.

TENTANG SANG SUTRADARA

source: islamiconlineuniversity.com
Pada tanggal 19-25 Juli 2017 kemarin, saya mengikuti workshop perfilman yang diselenggarakan oleh Kemdikbud di Medan. Saya mengambil kelas penyutradaraan karena kebetulan Aini yang mengabari saya tentang adanya seleksi workshop ini sudah mendaftar kelas yang saya inginkan, penulisan skenario. Saya tentu tidak enak hati jika harus bersaing dengannya yang telah menjadi perantara informasi ini. Singkat cerita, hari pengumuman tiba dan Aini lolos sementara saya tidak. Saya sungguh senang Aini mewujudkan cita-citanya naik pesawat tapi nggak perlu bayar (hehe). I told Aini: “Allah showed us that dreaming and praying aren’t useless at all”. Meanwhile, saya kemudian menertawakan diri saya sendiri. Ya gimana mau lolos sementara bikin film aja baru sekali itu pun dengan kualitas yang sungguh patut ditertawakan .

JUNGHWAN

(It's an appreciation post to Junghwan. The truth is, I can’t help writing about him. Sorry for this mushy unimportant story as my heart should’ve moved on. Hihi)
source: hugumagita.blogspot.co.id
Akhir-akhir ini dua orang sahabat saya sedang menonton my all-time favourite drama, Reply 1988. Jika kalian membaca tulisan saya yang berjudul “Reply 1988”, kalian pasti tahu bahwa saya masih nggrundel atas ending dari drama ini. Bahkan sampai sekarang, saya masih sakit hati ketika mengingat episode 18-nya. Dan rasa nelangsa tiba-tiba muncul lagi karena dua sahabat saya ini adalah #teamtaek. Obrolan mereka tentang Taek membuat saya tertinggal dalam kubangan kesedihan sebagai #teamjunghwan sendirian :p

(UN)HAPPY ENDING

source: barefootmeds.wordpress.com
Happy ending (n.)an ending of the plot of a work of fiction in which almost everything turns out for the best for the protagonist, their sidekicks, and almost everyone except the villains. (Wikipedia)

Beberapa waktu yang lalu Anggi menantang saya untuk menulis dengan tema (Un)Happy Ending. She said, “not every story has a happy ending, right?”. Entah mengapa saya harus berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tersebut. Semua orang pasti ingin akhir yang bahagia tetapi tentu tidak semua mendapatkannya. Ada bagian dari pikiran saya yang seolah menolak mengiyakan. Sebagian lain dari otak saya merasa terpukul seolah baru saja diberi tahu sesuatu yang melawan gambaran ideal dan saya belum mengetahui sebelumnya. The fact is, everyone already knows it but still expecting only a happy ending.

DEAR MOM

source: pinterest.com
“Iim kpn plg? Mm kangen.”

So, Mom, how’ve you been? It has been 9 months I haven’t seen your face. Are you happy from time to time? I never heard anything except you said you’re doing well. You must be well there, right? I only saw your smile through the screen instead saw it directly. Did you wear a smile even though I’m not around? You should know that your well-beingness is always be my top priority.

SEE 2017

"A writer is someone for whom writing is more difficult than it is for other people" - Thomas Mann

Beberapa waktu yang lalu, saya dan Upi (dianpalupi.com) untuk pertama kalinya menulis bersama. Kisah ini dimulai saat saya mendengar kabar lomba karya tulis ilmiah Sharia Economic Event (SEE) 2017. Momen ini dengan ajaibnya menyatukan kami berdua dalam langkah yang seirama. Saya menyukai ekonomi syariah, Upi baru saja PKL (praktik kerja lapangan) di salah satu bank syariah. Akhirnya saya mengajaknya menulis bersama tentang pembiayaan pembelian rumah (PPR) syariah di bank tersebut.

TEN YEARS AGO

Back then, I was a girl dreaming to be a writer. Now, I’m still a girl dreaming to be a writer. Nothing really change on me: writing will always be my heart and soul.

Saya sedang bersama dengan Upi ketika dia dengan iseng melakukan pencarian nama saya di google. Upi menunjukkan sesuatu yang mengingatkan bahwa sudah demikian lama saya menyimpan kecintaan pada menulis. Di laman pertama pencarian, sebuah buku berjudul “13 Cara Nyata Mengubah Takdir” karya Jamal Ma’mur Asmani muncul. Di buku tersebut nama saya tercantum di daftar pustakanya. Sepuluh tahun berlalu dan dalam urusan menulis, saya tetaplah sama

HELLO RIAU (PART 2): THE FAVOURITE ONES

Istana Siak
FITION 2017 was such a memorable experience for me. I met so many people/things that brightened my days up. So, I’m coming back to share about my favourite people, innovations, and moments during my participation at that event :)

HELLO RIAU (PART 1): THE POWER OF “SUDAH”

image source: picturequotes.com
Hati yang patah akibat gagal mengisi acara di Jakarta belum sepenuhnya pulih ketika saya harus berpindah ke kota lain yaitu Pekanbaru. Saya harus mempresentasikan esai saya di final lomba esai FITION 2017 yang diselenggarakan Universitas Riau. Persiapan saya untuk acara ini sangat minim (ternyata saya memang kurang bersungguh-sungguh). Slide saya belum selesai dan saya baru menyelesaikannya di ruang tunggu bandara. Huhuhu. Sesampainya di wisma penginapan, saya langsung mengikuti technical meeting dan pengundian nomor urut. Saya mendapat nomor urut terbaik untuk terlihat bodoh: diapit oleh para kandidat juara. Saya masih mengingat nama-nama finalis yang berada di urutan teratas dan mereka mendapat nomor urut di dekat nomor saya (pity me). Saya cuma bisa ketawa. Hidup saya akhir-akhir ini sedang malang jadi saya ketawa aja melihat kemalangan lain datang.

KESUNGGUH-SUNGGUHAN

(First of all, pardon me for whining and grumbling so hard)

Pagi ini seharusnya saya mengisi sebuah acara Writing Workshop di Jakarta. Akan tetapi, kemalangan secara berturut-turut menghampiri saya. Saya kehujanan di tengah jalan menuju bandara kemudian balik ke kosan untuk mengambil jas hujan. Oleh karena itu, saya ketinggalan pesawat yang semula jadwalnya pukul 06:30. Saya membeli tiket baru penerbangan pukul 08:00 dan ternyata pesawatnya delay sampai pukul 11:30. Workshop yang seharusnya saya datangi itu selesai pukul 12:00. Saya seperti kehilangan semua tulang yang menyangga badan saya. Ada begitu banyak paku yang menusuk-nusuk hati saya. Dan di antara semua emosi yang kusut di batin, saya menguraikannya satu persatu.  

IMZDIARY 13032017: RECALLING

“Terima kasih atas usahanya mengingat saya, Pak,” saya membalas pesan Pak Tri Achmadi
“Mengingat iim tidak memerlukan usaha,” jawab Beliau

image source: quotesgram.com
 
Dunia seakan menghening begitu saja. Saya terdiam membaca selarik pesan dari seseorang yang selalu menyediakan dukungan penuh untuk saya. Malam ini mantan Kepala Bagian saya, Pak Tri Achmadi, menghubungi saya untuk membahas sebuah kegiatan yang saya akan dilibatkan di dalamnya. Ada haru yang memenuhi dada saya ketika orang-orang yang telah lama terpisah dengan saya masih mengingat dan ingin mengikutsertakan saya dalam agenda mereka. Saya kembali teringat titik awal saya melangkah memasuki dunia yang memperkenalkan saya dengan orang-orang hebat ini. Kini saya jatuh hati tanpa perlu berusaha—rasa betah berada di dunia ini telah menyatu bersama setiap butir darah.
 
Saya ingat ketika Pak Widodo pertama kali mengajak saya untuk bergabung dengan unit TI yang Beliau pimpin dengan alasan sederhana: “Bagian ini butuh perempuan, Im. Lihat, cuma ada Mbak Dema di sini,”. Apakah alasan seperti ini lumrah digunakan untuk merekrut seseorang? Hihihi
 
“Saya benar-benar bodoh Pak soal TI. Hihi,” saya menanggapi tawaran tersebut dengan bergurau.
 
“Karena itulah kamu akan belajar. Di sini,” pria yang kerap disapa Pak Wid itu menjawab. “Kamu mampu,” lanjut Beliau.
 
Hati saya bergemuruh seketika. Saya senang ketika orang lain meyakinkan bahwa saya bisa melakukan hal yang saya pikir mustahil. Sejak saat itulah, tekad saya bulat untuk masuk bagian ini. Tentu saja ini bukan dongeng di mana semua berjalan mulus. Saya masih ingat ketika Pak Wid memarahi saya (dan saya menangis sepanjang perjalanan pulang ke kosan karenanya), saya ingat ketika Pak Wid menasihati saya. Di hari-hari awal semua kesulitan yang terjadi terasa mencekik. Saya masih ingat setiap kalimat yang menjatuhkan mental di masa awal saya berada di sana. Sekalipun saya tahu senior saya bercanda, hati saya tetap tergores mendengarnya. (Anyway, semua teman-teman saya di bagian ini baik banget kok. Tersinggung hanya bagian super minor dari hari-hari menyenangkan bersama mereka.)
 
“Masa kaya gitu aja nggak bisa, Im?”
 
“Kamu kan di sini sudah beberapa bulan, masa cuma setting domain aja belum bisa.”
 
Ada begitu banyak momen di mana saya merasa teramat bodoh dan tidak pantas berada di sana. Ada sangat banyak kejadian yang membuat saya merasa tidak berguna. Tetapi saya harus terus berusaha untuk tidak tertinggal jauh dari pegawai lainnya. Saya terseok-seok belajar dengan kecepatan siput. Kepercayaan yang diberikan oleh Pak Wid tidak boleh saya sia-siakan. Ditambah Kasubbag saya kala itu, Bapak Gatot, pun menyematkan tanggung jawab besar di pundak saya. Meskipun jarang berkomunikasi secara langsung, saya juga selalu mendapat energi positif dari Pak Yudhy ketika saya ikut berada di tim pengembangan aplikasi LP2P. Saya tidak boleh menyerah sekali pun saya ingin melakukannya.
 
Lalu Pak Wid mutasi ke Kelompok Audit TI dan digantikan oleh Pak Tri Achmadi. Seiring dengan pergantian kepala bagian, saya juga dipindah ke subbagian yang dipimpin Bapak Yogi Ishwara. Pak Yogi yang tampak pendiam sesungguhnya sangat peduli pada bawahannya. Untuk kesekian kali saya merasa malu ketika Pak Yogi menyemangati saya untuk belajar ini dan itu yang semula terdengar demikian sulit. Saya sadar meskipun tidak terucap, Pak Yogi benar-benar ingin saya bisa melakukan hal-hal yang menakutkan bagi saya.
 
Ketika saya harus membahas Pak Tri maka ada setumpuk kalimat yang hendak saya utarakan. Saya kagum pada sosok sederhana yang berhati mulia ini. Beliau akan melakukan segala hal untuk memajukan para pegawainya. Beliau selalu menjadi yang terdepan untuk memastikan satu persatu bawahannya mendapatkan yang terbaik. Beliau menawarkan banyak kesempatan yang mulanya bagai mimpi bagi para stafnya. Beliau berlari dan mengajak orang-orang sekelilingnya ikut berlari meraih cita.
 
nemu foto tugas ospek masuk kantor: foto dengan pejabat di kantor.
Bersama Bapak Tri Achmadi. Such a memory :)
Mata saya sulit sekali menahan air mata ketika membicarakan orang-orang di atas. Ada begitu banyak ucapan terima kasih yang tidak sempat saya ucapkan untuk mereka. Terima kasih untuk selalu meyakinkan bahwa saya mampu sekalipun saya dungu. Terima kasih untuk mempercayai di saat saya tak memiliki apa-apa. Terima kasih karena tatapan kalian ketika melihat saya berusaha memberi saya kekuatan untuk berusaha lebih keras lagi. Saya malu untuk menyerah hanya dengan mengingat energi positif yang terus kalian tularkan kepada saya. Saya tidak ingin meragukan diri saya lagi sebab kalian telah meyakinkan saya. Saya akan berusaha sebaik mungkin agar suatu saat kalian dapat berkata “Sedari awal saya percaya bahwa dia bisa”.
 
Saat saya kembali ke kantor nanti dan jika saya tidak lagi bekerja di tim yang sama dengan kalian, tolong tetap bimbing saya. Saya rindu kalian. Sejak hari pertama saya melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, saya terus merindukan kalian. Saya mengingat kalian tanpa perlu berusaha mengingat. Ingatan tentang orang-orang yang meyakinkan bahwa saya mampu adalah ingatan yang selalu mendapat tempat di pikiran. Because recalling doesn't require any effort. It is just there. Sampai bertemu 9 hari lagi di gedung yang dahulu pertama kali mempertemukan kita semua :)
-------
(Ya Allah, I'm extremely thankful for the privilege to have them around)

KKN UNILA (PART 3): THE FEELINGS

Assalamualaikum. I’m back to share about my feeling as a KKN student on and off duty :)
source: pinterest.com
1. How to Steal Ibu-Ibu-Pengajian-di-Dusun-IV-Marga Agung’s Hearts
Malam ketiga KKN, kami diundang mengikuti pengajian ibu-ibu di dusun IV Marga Agung. Kami diminta memperkenalkan diri dan menjabarkan tentang kegiatan kami di sini. Saya memperkenalkan diri dengan bahasa yang menyatukan hati banyak orang: Bahasa Jawa. Hal ini didasari sepanjang pengajian bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa. Saya bahagia kembali bisa berbahasa Jawa krama alus apalagi di tempat yang bahasa daerahnya bukan Bahasa Jawa.

KKN UNILA (PART 2): TO EDUCATE IS EVERYONE’S DUTY

“Mendidik adalah tugas setiap orang yang terdidik.” – Anies Baswedan
Beberapa hari ini kegiatan saya di tempat KKN adalah mengajar. Kalau pagi saya mengajar di SD N 2 Marga Agung dan sorenya saya mengajar di TPQ Abdillah. Program ini dilaksanakan sebagai program sampingan selama KKN karena saya memang tertarik dengan dunia pendidikan. Menjadi seorang pengajar selalu menjadi mimpi saya sampai kapan pun.

IMZROADTOLAMPUNG #5: ALAM WAWAI ECO PARK

Huzzah! Akhirnya saya bisa sejenak melakukan quick escape untuk mengunjungi keindahan alam bernama Alam Wawai Eco Park. Alam Wawai sendiri beralamat di Jl. H Hasan Rais. Sukadanaham, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung. Wawai berasal dari Bahasa Lampung yang berarti baik. Jadi Alam Wawai berarti alam yang baik. It suited the tagline "An Eco-Friendly Park". :)

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE