Jenguk aku sebab
hatiku merasa gembira bahkan saat mendengar kau akan menjenguk. Jenguk aku
karena kau tak tahu apa-apa yang terjadi saat kau tak menjenguk. Jenguk aku
sebab jika kau tak menjenguk, ceritaku tak akan terucap pada siapa pun. Jenguk
aku sebab tak mungkin aku terus bercakap-cakap dengan sepi yang membersamaiku. Jenguk
aku karena lara mungkin meringan saat mendengar renyah sapaan tenangmu. Aku mengerti kau demikian sibuk. Aku tahu kau kehabisan waktu berlarian dengan
mimpi-mimpimu tetapi barangkali kau bisa menjenguk dengan alasan kau menghargai masa
lalu.
Di suatu rintik,
dengan mata bulatmu kau menatapku dan bertanya, “Apa yang kau rindukan di bawah hujan?”
Tak sebagaimana
lazimnya menghadapi pertanyaan, otakku tak langsung mencari jawaban atas tanda
tanya tersebut. Aku malah sibuk menelusuri ingatan barangkali aku pernah
membaca di kamus mana hujan bersinonim dengan rindu. Pertanyaanmu terus
berusaha meyakinkanku bahwa rindu adalah padanan kata dari hujan.
Kau sungguh
berbeda hari ini. Kita telah saling mengenal sekian lama tetapi saat ini kau
tak lagi sama. Bermula di hari ini segala hal-hal kecil yang natural saja kau
lakukan terasa istimewa. Aku tahu masa ini akan datang tetapi masih saja
bertanya-tanya mengapa butuh waktu demikian lama untuk berganti dengan perasaan
ini. Aku telah menyaksikan setiap detail pesona unikmu terlampau kerap tetapi anehnya baru kali ini aku sepenuhnya mengakui.
I was
shamelessly lazy to write these days. If you ask me why, lately I don’t even
know why I never touched one of my drafts to finish it. Not even busy but I was not into writing these days. Dan kalau ada yang mesti dipersalahkan dalam
tidak menulisnya saya akhir-akhir ini, jawabannya adalah hobi baru yang mengalihkan dunia
saya. Hihi.
Rasanya lama
banget saya nggak nulis Imz’s Diary padahal kayanya belum lama juga sih.
Hihihi.
Kolom
imzroadtolampung akhirnya nggak cuma berakhir sebagai wacana. Yey. Saya sudah
nulis edisi pertama dan kedua. Banyak tempat yang pengen saya kunjungi di sini
tetapi kaki saya belum mau diajak jalan. Mungkin kaki saya sedang lelah
menghadapi peliknya kehidupan *apa sih *hihihi. These days I’m in the mood of writing short
stories and I don’t even know why. Dulu saya pernah bilang kalau saya jadi
banyak nulis itu entah karena kebanyakan ide, kebanyakan waktu luang, atau
kebanyakan kegalauan. Nah, cerpen lebih dekat dengan yang ketiga nggak sih? Hihihi
Aku tidak
menomorsatukan langit biru sebab langit jinga lebih mengikat batinku. Aku suka
suasana yang syahdu dan damai layaknya senja di pantai ini. Aku suka ketika ombak mendayu-dayu setelah begitu bersemangat sepanjang siang. Aku suka tatkala pasir tersisa hangat karena panasnya telah memudar seiring bergulirnya matahari
ke barat. Aku suka saat kilau jingga menyentuh pipimu seolah ingin terlelap
di wajahmu.
Berkawan nyala
lilin nan temaram, aku tanpa sadar tersenyum mengingatmu. Aku selalu merasa
berkecukupan meski cahayanya hanya sekuncup. Aku tidak takut gelap sebab aku bisa
tertidur nyenyak bersama seutas senyummu yang aku simpan dalam saku bajuku.
Besok pagi kita akan bersua. Aku melirik jam dinding yang tahu jantungku
berdetak kencang bersama perjalanan detiknya. Jika besok aku akan bertemu
dengan cahaya yang lebih terang dari lampu, mengapa mengeluhkan lilin
malam ini?
![]() |
pelataran museum |
“To
me, even love occurs just between other groups of people. So,
there’s never a reason for my heart to beat fast.”
(Wiing Wiing-Hyukoh)
Kau
dan aku tengah mewujudkan cita yang sama di daratan yang berbeda. Aku kini
tinggal di kotamu meski kau sedang tinggal di kota lain. Dulu aku tak mengerti
mengapa kau membanggakan betapa eratnya kota kecil ini memelukmu. Kau
berbahagia tumbuh di tanah tempat aku kini berdiri. Langit selalu mendung di
selain kota ini, ujarmu ketika kutanya mengapa berat bagimu pergi mengejar
mimpi ke kota lain. Kota yang kini kupijak tentu istimewa sebab kau menyebut
rumah hanya kepada kota ini.
He probably busy on Monday / Tuesday seems too soon, don’t you
think? / Wednesday feels kind of awkward / I don’t like Thursday for some reason / Oh this Friday / Oh,
how is this Friday?/ It’s too hard to wait till the weekend / I only look at the clock 1,2,3,4 / My time is slow without you / I keep drawing your smile and hair / I might become a painter / A normal Friday? For me, it’s a fly day (Friday - IU feat Mino)
Hi, I brought you the first edition of #imzroadtolampung. Yeyyyy, akhirnya
nggak cuma jadi wacana doang ya kolom ini. Ini adalah kolom ketiga saya setelah
Song of The Day dan Imz’s Diary. Nama kolom imzroadtolampung sendiri berasal dari teman yang memplesetkan nama tengah saya imroatun menjadi imzroadtolampung. Haha. Berawal dari obrolan dengan
seorang sahabat yang identitasnya sebaiknya tetap dirahasiakan, tercetuslah kolom yang tulisannya berporos pada kota tapis ini. Saya ingin
berterima kasih karena dia telah menuturkan begitu banyak hal bahkan apotek
terbesar, asal nama jalan, sampai sekolah favorit termasuk sekolah di
mana dia menghabiskan masa remajanya. Padahal saya nggak cerita tetapi mungkin
dia bisa menebak kalau saya belum ke mana-mana dan tidak tahu apa-apa di
Lampung ini. Cerita dia yang jika dibukukan bisa menjadi “panduan hidup bagi
pemula di Bandar Lampung” membuat saya merasa harus segera mengakhiri kelinglungan
saya berada di kota ini. Hihihi.
“So just shut up and be mine.”
I don’t know why but today I’m in the mood of
listening "Be Mine" by 2NE1. I was doing some exercises and jogging this morning and suddenly
this song jogged on my brain. So when I arrived in my room, this song was the first
one I’m searching for. It has been a long time since the last time I listened to this song. Like the first time I heard the melody, this song always sounds so
nice.
Aku berharap Kanda tidak heran mengapa seseorang sampai menulis
surat kepadamu di masa surat tidak lagi jamak digunakan. Aku pun terheran-heran mengapa jemariku terus menulis seolah yang tidak tertulis mendesak
untuk tertuangkan. Semoga surat kali tidak terlalu panjang seperti biasanya ya,
Kanda.
Kemarin siang
saya kedatangan Pak Pos yang mengantarkan sebuah paket. Karena
sejak kepindahan sudah ada beberapa orang yang menanyakan alamat saya di sini,
saya jadi sulit menebak siapa yang mengirimnya. Saya tersenyum girang sebab
nama Widyanti Anggita Lestari tercantum di sana. Sebagai orang yang selalu
berbunga-bunga terhadap kejutan, saya harus banget senyum-senyum sendiri. Hap hap hap, lompat-lompat girang. Hello bestie,
kadonya sudah sampai. Untungnya masih september jadi belum telat ya kadonya :)
source: Insight Knowledge Partners |
Sekalipun telah terdapat begitu banyak kampanye untuk melindungi beragam hal seperti lindungi
hutan, lindungi hewan langka, dan lindungi hati perempuan *eeehhh, lindungi
ilmu pengetahuan merupakan isu yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Each and
every person has knowledge, right? Pertanyaannya, apakah kita yakin telah
melindungi ilmu agar tidak hilang begitu saja? Apakah organisasi tempat kita
bernaung telah memastikan bahwa ilmu tetap bertahan dalam organisasi tersebut
seiring bergulirnya waktu?
Hallo
semua, sedang sibuk apa? Semoga tetap bisa menikmati kesibukan masing-masing ya. Oh
ya, setelah berdiam di Lampung 24 hari akhirnya kemarin saya bisa mengelilingi
kota ini. Saya tiba-tiba punya niatan membuat semacam kolom di blog ini yang
membahas mengenai Lampung. Ide yang mencuat sih nama kolomnya
#imzroadtolampung. Slogan #imzroadtolampung yang digagas oleh teman saya masih
bikin saya ngakak setiap kali teringat. Semoga rencana ini tidak berakhir sebagai
wacana doang ya.
Dia tersenyum di pagi hari ini. Dia menyapa satu per satu orang dengan
senyum simpul nan semanis gulali. Hati yang berpapasan dengannya pasti meleleh
seperti arum manis yang digemam. September adalah nama belakang dari senyum
yang memendar begitu ringan di wajahnya itu. Dia tersenyum seolah seluruh angin
yang melintas pun menarik bibirnya untuk mengembang. Dia tertawa sehangat
matahari di pagi hari. Dia bertutur
dengan ceria seolah bunga di atas kepalanya bermekaran mendengar suaranya. Dia seperti
diciptakan untuk menjadi seseorang yang menyenangkan begitu saja. Kau pasti
bahagia hanya dengan melihat wajahnya yang merona kemerahan. Dia akan tertawa
renyah pada hal-hal lucu yang kau lontarkan. Dia tak akan segan melempar
candaan yang tak selalu lucu tetapi menghiburmu. Dia semestinya tersenyum di
pagi hari ini, esok, lusa, tubin, dan selanjutnya.
If you know the feeling of meeting a song that gives you fluttery feeling every time you listen to it, then you know mine right now. I can’t help smiling whenever I listen to this mood-booster song. I mean, I love how this summer-y song had a very sweet message. Don’t forget the fact that it used simple lyrics to convey the song’s emotion yet still sounds so full. I love the part “Can’t you tell I got news for you?”. When we’re ready to listen to the news, we only get extremely nice words afterward.
I'm surrounded by strong happiness and positive energy, especially in the chorus part. I still can't get over how this song trapped me with a question only to send me to the beautiful words "sun is shining and so are you.". Can’t
you tell I got news for you? It’s very important news.
AND
YOU CAME MY WAY ON A WINTER’S DAY
SHOUTED
LOUDLY COME OUT AND PLAY
CAN’T
YOU TELL I GOT A NEWS FOR YOU
SUN
IS SHINING AND SO ARE YOU
AND
WE’RE GONNA BE ALRIGHT
DRY
YOUR TEARS AND HOLD TIGHT
CAN’T
YOU TELL I GOT A NEWS FOR YOU
SUN
IS SHINING AND SO ARE YOU
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat
sekilas membaca kabar bahwa Choi Ji Woo, salah satu aktris YG Entertainment,
didapuk sebagai peran utama dalam drama berjudul ”Twenty Again”. Karena bukan pecinta drama, saya menganggap lalu berita tersebut. Berita tersebut
benar-benar terdengar biasa sebelum akhirnya hari ini saya mengalami sesuatu
yang hampir serupa dengan alur drama tersebut.
Kau dengar
bunyi gesekan di pembuluh kapilerku karena darah berlari demikian kencang?
Suara yang terdengar seperti perkusi itu adalah suara detak jantungku yang
melompat-lompat. Aku mendengar suara itu lebih keras ketimbang suaramu. Mungkin
aku terlalu gugup kau berdiri begitu saja di depanku. Kau berbicara seperti
biasanya kau berbicara—aku kehilangan akal cara menyembunyikan degup yang
dengan girangnya berakrobat. Aku curiga kalau-kalau kau juga mendengar
suara-suara itu ketimbang suaramu sendiri. Duh, tenanglah sedikit. Seseorang
yang menyita perasaanku tengah berbicara kepadaku.
Aku tahu pertengahan malam ini kau tengah mendoakanku. Kau pernah berujar bahwa kau memang
tidak mengucapkannya tetapi kau terjaga di tengah malam mendoakan seseorang
yang berganti angka. Di pergantian hari ini kau pasti meminta hal-hal baik
untukku. Aku percaya itu meskipun tak pernah berani menanyakan
kebenarannya.
Semua hal yang terjadi di sekitar kepindahan saya dari Jakarta.
Episode I: I FORGET JAKARTA
Mengapa saya menulis bagian ini? Ah, this friend. Dia merekomendasikan
sebuah lagu kepada saya menjelang kepindahan saya dari Jakarta. She said, “Go
listen to ‘Forget Jakarta’. I remember I was sobbing while listen to
it.”. Malam itu saya terpaku mendengarkan suara
Adhitia Sofyan di lagu tersebut. Lagu ini sepertinya akan menjadi lagu yang
sering saya dengarkan ketika saya sudah tidak di Jakarta lagi. Haha. Padahal saya pergi untuk
sementara saja tetapi saya kelewat sentimental saat ini. Mendengar lagu
ini seolah saya sedang berada dalam sebuah perjalanan tanpa arah mengelilingi
Jakarta. Saya tercekat seolah setiap sudut Jakarta menyimpan memori. Saya terdiam seakan segala hal yang dulu
saya anggap duka kota Jakarta adalah hal yang menyenangkan untuk dikenang.
Suddenly I only remember the lovely things about this city. But I need
to forget
Jakarta (for a while). Jakarta, neomu sarangsurowo :)
“I was always alone at home. My dad was a taxi
driver. Whenever I asked him where he was, he’d answer: The Yanghwa Bridge.” (Yanghwa
Brdg - Zion. T)
Keinginan
menulis ini muncul setelah saya membaca ulang diary dan menemukan kata Yanghwa
Bridge di catatan tanggal 24 Juli 2015. Sebetulnya saya sudah menyukai lagu itu
jauh sebelum saya menuliskannya di diary. Saya ingat perasaan saya teraduk-aduk
ketika mendengar lagu ini pertama kali. Perasaan yang sama masih saya temui setiap
kali saya mendengar lagu ini kembali. Ah, such a heart-breaking yet comforting
song.
Seminggu
yang lalu, Dyan melempar wacana berkunjung ke hutan mangrove di kawasan PIK, Jakarta
Utara. Saya tidak tahu persis letak maupun segala detail lain tentang tempat
itu tetapi saya mengiyakan begitu saja. Dalam waktu dekat saya akan
meninggalkan Jakarta jadi rasanya tidak ada alasan berkata tidak. Akhirnya
kemarin pagi kami terpaksa
bangun pagi (lebih tepatnya saya sendiri, Dyan selalu gampang bangun pagi) dan bersiap-siap berangkat. Persiapan paling aneh yang kami lakukan adalah memilih beragam bentuk topi untuk keperluan foto. Kami naik transjakarta sampai halte
Pluit kemudian disambung dengan mikrolet U11. Kami berkata kepada supirnya
minta diturunkan di hutan mangrove. Di sebelah kiri jalan, kami melihat Yayasan
Budha yang besar sekali dan megah bernama Tzu Chi. Kami diturunkan di situ dan perjalanan
dilanjutkan berjalan kaki sekitar 10 menit.
Aku berhenti terjatuh setelah selama enam tahun terjatuh makin
dalam sepanjang waktu.
Aku
tidak benar-benar tahu sejak kapan tepatnya aku bisa melepaskan diri dari belenggu
yang telah memasungku enam tahun ini. Di masa awal kepindahanku, aku belum jua
berhasil membisukan suaramu yang menggaung di sekelilingku. Kini aku terbangun
mendengar alunan burung berkicau dan terlelap bersama keheningan. Suaramu
menghilang seperti kaset yang telah terlalu lama diputar sehingga rusak. Aku
tak lagi perlu mengusirmu yang selalu duduk santai di dalam mimpiku, kau sudah
tak lagi di sana. Aku melangkah dengan ringan karena tidak lagi membawa beban
perasaan yang menggunung selama bertahun-tahun. Perasaan seperti ini lebih sesuai
bagiku ketimbang perasaan cukup berbahagia hanya dengan mengetahui
keberadaanmu.
Hari yang biru itu adalah hari ini. Detik-detik perpisahan akhirnya menampakkan diri.
Aku tersenyum melepaskan satu persatu orang yang mengantarku. Mataku masih saja refleks mencarimu di antara orang-orang di sekelilingku. Berkali aku memastikan keberadaaanmu barangkali kau baru saja datang. Ketika aku telah memunggungi mereka dalam langkah kepergianku, mataku terasa begitu perih. Hingga detik aku melepaskan pijakanku dari kota ini, bayanganmu sekalipun tak berkelebat. Aku terlampau percaya diri bahwa kau pasti datang. Lebih dari itu, aku terlalu keras kepala untuk tidak mengusir suaramu yang menjadi musik pengiring kehidupanku enam tahun ini.
Aku tersenyum melepaskan satu persatu orang yang mengantarku. Mataku masih saja refleks mencarimu di antara orang-orang di sekelilingku. Berkali aku memastikan keberadaaanmu barangkali kau baru saja datang. Ketika aku telah memunggungi mereka dalam langkah kepergianku, mataku terasa begitu perih. Hingga detik aku melepaskan pijakanku dari kota ini, bayanganmu sekalipun tak berkelebat. Aku terlampau percaya diri bahwa kau pasti datang. Lebih dari itu, aku terlalu keras kepala untuk tidak mengusir suaramu yang menjadi musik pengiring kehidupanku enam tahun ini.
Kau
mendengar rencana kepindahanku bukan?
Kini saat
aku tidak akan lagi berdiam pada kota yang sama denganmu, aku menyadari betapa
lamanya aku berdiam pada hati yang sama. Telah begitu lama aku seolah mendengar tawamu sepanjang waktu. Betul kita berada di kota yang sama tetapi kau tak sedang
dekat maupun berucap saat aku terus mendengar suaramu. Aku ingat ketika pertama
kali kau tak sengaja membaca namamu di buku catatanku lalu aku terdesak
mengakui perasaanku. Kejadian itu masih terasa memalukan bahkan setelah enam
tahun berlalu. Aku masih mengingat ketika terakhir kali kita berjumpa dan kau
tetap bersikap seolah aku tak pernah berucap apa-apa. Kau tahu perasaanku dan
menganggap seolah tidak terjadi apa pun.
Setelah
musim kemarau dan musim penghujan bergiliran menemani, aku masih tidak melihat bayangan yang berjalan mendekat. Air hujan yang seharusnya dingin terasa hangat
sebab badanku lebih beku dari dingin itu. Angin kering kemarau membelaiku
sangat kasar. Jika hendak menyerah, aku akan melakukannya sejak pergantian
musim pertama. Aku tak menyerah sebab ternyata tidak menunggu lebih melukai.
Namun, kau tak boleh beranggapan aku tidak mungkin berputus asa. Cerita
tentangmu adalah cerita tentang seseorang yang seharusnya sudah sampai.
Bukankah tak seharusnya salah satu dari kita terlambat datang dalam sebuah
perjanjian? Kini aku sendiri berdiri di titik pertemuan tanpa seseorang
menemuiku. Atau aku berdiri di tempat yang salah? Atau kau berbalik arah
dari kejauhan enggan menemui seseorang sepertiku?
Have you ever listened to a happy song but on contrary feel sad? Although this song has a happy vibe--even the title told us so but it’s actually a really sad song.
I
always and will always love the contradictive things in YG Entertainment’s songs (where 2NE1 is one of the label's artists). I Love You
told us about loving someone who doesn’t care about us at all and ended up hating
him—but still love him so much. Sometimes the person you love the most is the
person you hate the most—I think it’s cool to have this kind of story in a
song. Lonely told us about being lonely even though having someone beside us.
And here’s the latest contradictive 2NE1 presented to the listeners: without you, I’m not happy but I hope you’re
happy. Although the upbeat melody sounds fun and bright, the story is on the other
side. The song even performed in cute choreography, a catchy beat, and a cool drum
sound but actually is about broken-hearted girls.