Hello. I wrote another random note. Hehehe. Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan
memandu acara training COSO 2013 yang diadakan di kantor saya. Karena tugas
memandu acara itu, saya “terpaksa” mengikuti seluruh rangkaian acara yang
berlangsung selama tiga hari. Otak saya yang pas-pasan ini berasap mendengar
materi COSO yang terasa sungguh antah berantah. Tapi
aku kudu kuat *tsaaaaah. Untungnya trainer yang mengisi acara
membawakan materi dengan sangat menarik. Mr. Raoul Menes, pembicara pelatihan ini, adalah president of Board of Governors di Institute of Internal Auditors. Tak hanya memukau dengan kemampuannya di bidang audit, lelaki asal Kanada ini juga sangat terampil membawakan presentasi sehingga audiens betah mengikuti acara.
(Training ini lagi-lagi menyindir saya untuk rajin belajar.)
Malam itu aku bersua dengan paras
yang ku rindukan seumur hidup. Itulah kala pertama hatiku tertaut
pada seseorang. Sejak malam itu kau mencuri malamku. Di malam-malam sebelum perjumpaan, aku memimpikanmu dalam tidur. Wajah yang belum ku
kenali itu duduk santai mengaduk-aduk alam bawah sadarku. Seusai pertemuan
itu, malam memerdekakan
diri dariku guna menghampirimu. Malam berdansa lincah denganmu hingga
penghujung malam. Karena dirimu, aku tak melintasi satu malam pun
tanpa diledek rasa sesal kehilangan.
“Tuhan, kuatkan aku. Lindungi ku dari putus asa”- Muhasabah Cinta, Edcoustic
(Just a random note)
Sabtu kemarin, saya mengikuti
seleksi program transfer beasiswa S1 akuntansi UNS. Hari kamis sebelumnya, saya
dan teman-teman sekantor yang mengikuti ujian ini berangkat ke Solo. Tak
disangka saya malah sakit tepat sebelum berangkat. Dan sakit saya tambah parah
sewaktu saya tiba di kota berslogan “The Spirit of Java” tersebut. Padahal saya
yang belum melakukan persiapan ujian dengan belajar itu berharap bisa belajar
ketika di Solo. Nyatanya saya justru hanya bisa istirahat penuh supaya di hari
H saya tetap bisa mengikuti ujian.
“Tuhan, baru ku sadar indahnya nikmat sehat itu. Tak pandai aku
bersyukur, kini ku harapkan cinta-Mu.”
Sepucuk kartu pos
tersenyum melayang ke arahku. Tak ada nama pengirim di sana tetapi aku telanjur hafal
wujud tulisan tanganmu. Seperti permadani terbang kartu itu melintas dan mengapungkanmu di hadapanku.
Bisakah kau berhenti membuatku berimajinasi kau tengah duduk di atas selembar kertas itu?
“Kau yang selalu
bertengkar dengan titik, tetaplah bertengkar. Dengan begitu kau akan senantiasa
menulis dan aku masih akan terus membaca.”
Yes, Sir, I’m one of a kind….
Di pikiran kecil
saya, kesuksesan adalah tentang kebahagiaan hidup. Kesuksesan tidak didefinisikan
oleh siapa pun selain diri kita sendiri. Bukan
tentang angka atau huruf tertentu melainkan mengenai rasa. Tak melulu tentang tempat
yang tinggi karena pada akhirnya ketinggian pun hasil pendefinisian tiap-tiap
dari kita.
Sebagian orang memanggil namamu
kerap tanpa berusaha meraih tanganmu. Sebagian yang lain takut bahkan untuk
sekadar menyebut namamu--gamang bila nantinya tak pernah berpapasan. Aku dan
segerombolan orang yang nekat menggedor pintumu tak tahu malu. Barangkali kau
membenci kegaduhan dan memilih untuk keluar menemuiku pada akhirnya. Mungkin saja
kau menampakkan wajah pada orang yang tak pernah lelah mengunjungimu—kilahku
setiap mendengar kata sia-sia dilayangkan padaku.
Kau berkata melupakan sesuatu
hanya sukar di muka tetapi seringan menerbangkan debu kemudian. Kau berujar
waktu akan menyembuhkan segalanya bahkan luka yang kukuh mengakar. Ini bukan
musim hujan tetapi darahku berguguran ke kaki. Musim bukanlah kemarau tetapi
tanah yang ku pijak terasa retak. Kau menepuk pundakku dan menjatuhkan buku di sela jemarimu.
It’s been a while, hello my blog…
Rasanya sudah lama saya nggak nulis di sini. Daripada nggak ada tulisan sama sekali, saya akan update random melalui tulisan ini. Ngapain aja sih saya akhir-akhir ini sampe nggak nengok blog, huhu. Mungkin blog ini lama-lama nggak mengakui saya jadi pemiliknya lagi kalau sering saya tinggal *ugly crying.
Jadi ceritanya saya lagi riweuh daftar kuliah. Syaratnya nilai TPA minimal 500 dan TOEFL di atas 450 (sengaja banget di-bold angkanya *run). Saya cerita ya pengalaman saya tes TPA dan TOEFL. Pertama, tes TPA Bappenas. Saya nggak tahu kenapa tes TPA itu seolah ditujukan buat cowok. Dua dari tiga jenis tesnya adalah tes numerik dan tes penalaran. Well guys, kenapa sih nggak ada tes kepekaan perasaan, pasti cewek yang menang *digebuk penemu tes TPA. Saya mau berbagi trik menghadapi tes TPA tapi nilai saya mengingatkan saya bahwa saya nggak pantas melakukannya, haha. Yang jelas kita harus pinter-pinter milih soal yang gampang, soal yang susah ditinggal aja. Kita boleh susah move on di kehidupan nyata tapi wajib selalu move on kalau ketemu soal yang susah. Saran aja sih, perluas pengetahuan kosakata dengan rajin membaca. Setidaknya itu udah menyelamatkan tes verbal. Buat tes numerik, saya cuma bisa bilang “seharusnya saya menginvestasikan sebagian uang saya untuk otak.”. Jangan ragu untuk beli buku-buku pengasah otak meskipun lagi nggak pengen ikut tes apapun. Misal, beli buku latihan TPA lalu kerjain pelan-pelan selesainya setengah tahun juga nggak apa-apa. Kalau udah selesai, beli buku lain dan kerjakan lagi. Mungkin terdengar agak lebay tapi otak yang nggak diasah akan menurun kemampuannya. Terakhir untuk tes penalaran, nggak ada tips khusus selain belajar dari buku TPA. Mungkin tips terbaik yang bisa saya bagi adalah berlatih menjadi orang yang logis setiap menghadapi masalah *sotoy.
Rasanya sudah lama saya nggak nulis di sini. Daripada nggak ada tulisan sama sekali, saya akan update random melalui tulisan ini. Ngapain aja sih saya akhir-akhir ini sampe nggak nengok blog, huhu. Mungkin blog ini lama-lama nggak mengakui saya jadi pemiliknya lagi kalau sering saya tinggal *ugly crying.
Jadi ceritanya saya lagi riweuh daftar kuliah. Syaratnya nilai TPA minimal 500 dan TOEFL di atas 450 (sengaja banget di-bold angkanya *run). Saya cerita ya pengalaman saya tes TPA dan TOEFL. Pertama, tes TPA Bappenas. Saya nggak tahu kenapa tes TPA itu seolah ditujukan buat cowok. Dua dari tiga jenis tesnya adalah tes numerik dan tes penalaran. Well guys, kenapa sih nggak ada tes kepekaan perasaan, pasti cewek yang menang *digebuk penemu tes TPA. Saya mau berbagi trik menghadapi tes TPA tapi nilai saya mengingatkan saya bahwa saya nggak pantas melakukannya, haha. Yang jelas kita harus pinter-pinter milih soal yang gampang, soal yang susah ditinggal aja. Kita boleh susah move on di kehidupan nyata tapi wajib selalu move on kalau ketemu soal yang susah. Saran aja sih, perluas pengetahuan kosakata dengan rajin membaca. Setidaknya itu udah menyelamatkan tes verbal. Buat tes numerik, saya cuma bisa bilang “seharusnya saya menginvestasikan sebagian uang saya untuk otak.”. Jangan ragu untuk beli buku-buku pengasah otak meskipun lagi nggak pengen ikut tes apapun. Misal, beli buku latihan TPA lalu kerjain pelan-pelan selesainya setengah tahun juga nggak apa-apa. Kalau udah selesai, beli buku lain dan kerjakan lagi. Mungkin terdengar agak lebay tapi otak yang nggak diasah akan menurun kemampuannya. Terakhir untuk tes penalaran, nggak ada tips khusus selain belajar dari buku TPA. Mungkin tips terbaik yang bisa saya bagi adalah berlatih menjadi orang yang logis setiap menghadapi masalah *sotoy.
Aku mendengar
nada sambungmu yang seolah ditujukan untukku. Iramanya meledek kerinduanku
untuk tergesa-gesa berputus asa. Aku berteriak memanggil meskipun aku sadar itu bodoh—mustahil kau
mendengarnya. Panggilan dariku seperti bocah kecil yang menarik-narik lengan bajumu--kekanak-kanakan. Suaramu tak pernah membalas di seberang
sana. Kau pasti mendengar dering
yang kau khususkan untukku berdarah-darah di kamarmu. Mungkin tawamu sedang mengubur bunyi nada dering
yang meraung-raung memanggil. Apakah kau sudah tak lagi
membiarkan satu nada hanya untuk menandakan bahwa aku yang menghubungi? Kenyataannya, bahkan tak aneh rasanya jika
kau sudah membuang nomor teleponku. Kau tak jua menolak panggilanku agar aku berhenti menunggu; kau sedang membiarkanku terlihat semakin bodoh?
Ring ring ring ring..
Aku mendengar
nada sambungmu yang seolah ditujukan untukku. Iramanya membuatku teringat rona
wajahmu saat mendendangkan lagu favoritmu itu. Segera, suaramu mengalun riang di seberang sana. Aku
terdengar begitu tenang menyapamu padahal jantung terbirit-birit memompa
darah. Kau tak akan pernah tahu bagaimana perasaanku mendapati suaramu. Telah
dua tahun lamanya kita menambatkan batin pada kota yang berlainan. Hari demi hari berlalu menguatkan kemampuan suara memboyong perwujudanmu ke hadapanku. Aku telah
sampai pada masa di mana suaramu saja menyulap hariku menjadi berpelangi.
Kau pernah berkata, “Periang
hanyalah seseorang yang kesepian.” Kau dan aku berselisih tentang keaslian
gegap gempita yang menggema dari para pemandu sorak. Kau mencatat senyum tulus
para pendiam dan menuturkan padaku tawa kosong para penggembira. Aku
menggeleng keras sembari kembali tersedak gelak tawa.
Today is batik
day. We celebrate batik as one of our very own national asset :-)
Kita
memperingati 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Batik adalah kekayaan Indonesia
yang sudah diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Dengan ditetapkannya sebuah tanggal untuk
memperingati kecintaan kita pada batik, sepertinya rasa bangga terhadap pakaian
satu ini bertambah. Batik telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari
Indonesia. Jika mula-mula batik identik dengan orang-orang tua, kini batik
merambah segala kalangan dan generasi. Saya bersyukur sekali dengan
perkembangan batik yang pesat hingga muncul batik yang unyu dikenakan oleh
segala usia termasuk anak-anak muda. *bergaya pengamat fashion *kabuuur.
I don’t even understand why this kind of feeling exists. I want to know everything unsaid between us eventhough there’s nothing to do with our feeling anymore.
Pertemuan kita
yang kerap terjadi di masa lalu tidak lagi tersisa. Kita tak lantas berjumpa
meskipun menetap di kota yang sama. Jarak kita tak lagi dekat dalam segala
perkara. Di masa kita membicarakan hal yang sungguh diperlukan saja, aku
dikurung keinginan untuk mempertanyakan ketidakjelasan yang pernah menjadi
sekat tipis di tengah kita.
Aku yakin
setidaknya hingga saat ini kau masih menyukai nasi goreng seolah tak ada menu
lain untuk dipilih.
Dulu aku kerap
membuatkan nasi goreng karena binar matamu pada sepiring nasi berwarna
kecoklatan itu. Lebih sering kau sendiri sibuk mengolah nasi bersama pelengkapnya
untuk kau nikmati bersama buku yang tengah kau telusuri kalimatnya. Sepertinya setiap
manusia terlahir dengan kemampuan membuat nasi goreng. Kau dan aku sama-sama bisa
berdiam di dapur untuk mewujudnya meski dengan alasan yang berbeda. Tetapi
tahukah kau mengapa awalnya manusia membuat nasi goreng?
(Long time no see... Maafkan saya atas kemalasan saya menulis beberapa hari ini *shameless.)
Oh ya, 3 hari yang lalu saya berkesempatan mengikuti
seminar “Inspiring Woman Leadership” yang diadakan oleh BPPK. Seminar ini
menghadirkan 3 pembicara yaitu Ibu Khofifah Indar Parawansa, Ibu Neno
Warisman, dan Bapak Joko Nugroho.
Stay gold: Being true to yourself, innocent, uncurropted, unblemished, not conforming to what society dictates but in a sense marching to the beat of your own drummer.(urbandictionary.com)
Aku telah berangka 24.
Bismillah..
Iim adalah nama panggilan dari seorang sahabat yang saya kenal semenjak tingkat
1 di kampus Jurangmangu. Perkenalan pertama saya dengannya sudah cukup
mendefinisikan bahwa beliau ini aktif/enerjik, super dalam bergaul. Oiya, di
tingkat satu kami juga sering belajar bersama. Kami menamainya “Gerimis”.
Tempat favorit kami untuk belajar adalah taman CD dengan keteduhan pohonnya.
Belajar bersama membuat kami semakin solid. Selain itu, kami bersama teman
tingkat 1 lainnya, kami pernah juga ikut ke studio metro tv dengan metromini.
Nah, beliau yang koordinatornya. Kami pernah juga ikut lomba accounting di kampus, dan sudah excited banget sempat masuk beberapa
besar gitu, melebihi ekspektasi awal kami. Meski, ga juara kami sudah seneng
banget, cukup menyadarkan kalau belajar bersama kami ada manfaatnya.
"Wanna bet? You never seen a man like me. I live without holding every single day. Wanna bet? You never seen a man like me. I'm so busy having fun, just follow my lead." ( Put Your Guard Up and Bounce-Bobby)
Yohooo, Bobby won “Show Me The Money 3”, a rap competition held by Mnet. I can’t help adoring his performances especially his final stage. His song called " Put Your Guard up and Bounce" made my head bouncing so many times since the beat is good. His self-composed songs are cool, his flow is sick, his stage presence is so strong. I never though he will be this charismatic on the stage before. Bobby had to pass many fierce rap battles before claimed his victory. Bobby had to win over some underground rappers he knew since he was a child. I bet he's overwhelmed with a endless joy with this champion title. People said that idol rappers are less-talented compared to underground rappers and he proved that he's not just an usual idol. He's the real rapper eventhough grows up inside a company. In addition, this winning once again restated YG domination on hiphop arena.
Yohooo, Bobby won “Show Me The Money 3”, a rap competition held by Mnet. I can’t help adoring his performances especially his final stage. His song called " Put Your Guard up and Bounce" made my head bouncing so many times since the beat is good. His self-composed songs are cool, his flow is sick, his stage presence is so strong. I never though he will be this charismatic on the stage before. Bobby had to pass many fierce rap battles before claimed his victory. Bobby had to win over some underground rappers he knew since he was a child. I bet he's overwhelmed with a endless joy with this champion title. People said that idol rappers are less-talented compared to underground rappers and he proved that he's not just an usual idol. He's the real rapper eventhough grows up inside a company. In addition, this winning once again restated YG domination on hiphop arena.
"If you want to run fast, run alone; if you want to run far, run together." (African proverb)
Today’s target: Run 17 kilos
Sama seperti tahun lalu, saya dan
Ana mendaftar Independence Run. Bedanya, kali ini kami berkaus merah (means we chose to run 17k instead of 8k). Sebelum memutuskan
melaksanakan lari pagi ini, malam harinya Ana berkata bahwa sepertinya dia tidak jadi ikut lari.
Saya menjawab jika dia tidak ikut, maka saya juga tidak akan ikut. Lari 17 kilo akan terasa sangat berat jika saya berlari sendiri *banyak alasan hihihi. Namun,
pagi ini Ana yang berubah pikiran mengetuk pintu kamar saya. Kami berangkat ke
titik start Independence Run saat langit belum benar-benar terang dan jiwa
masih setengah sadar. Saya berujar pada Ana bahwa saya akan menyelesaikan lari hari ini dengan do or die attitude: saya harus finish.
Permisi. Bolehkah aku membenamkan diri ke ruang
kesabaran kembali?
Penantian adalah sinonim
kesabaran sebagaimana juga sinonim ketidaksabaran. Aku bersembunyi di balik
tirai penantian dan terlihat begitu tenang sementara hati enggan putus bertanya-tanya.
Aku tak berdaya
membedakan bilamana ini
ketabahan atau ketidaktabahan. Sering
aku tidak mengerti pada kesabaran
dan ketidaksabaran yang ku pilih sendiri. Aku
meragu pada tahan atau tidaknya aku
menghadapi segala pergerakan yang mengguncang batin. Sepertinya lumrah jika ku katakan
aku tidak sabar hanya saja aku
akan tampak kasihan karenanya.
Dengan atau tanpa kesabaran, aku tetap hanya memperoleh yang tertulis untukku saja.
Jadi mengapa aku harus kehilangan kesabaran?
Pernah membaca tulisan saya yang
berjudul “Dear My Husband”? Tulisan itu terinspirasi dari lagu “Dear My Wife”
karya Mino dan P.O. Ketika memperdengarkan lagu tersebut kepada fans, P.O. menuliskan "This song is a song which I have written and composed for, together with my best friend Song Minho (Mino)". Persahabatan kedua rapper ini dimulai saat mereka kecil.
Mereka belajar rapping sejak sangat muda dan memiliki mimpi yang sama.
Sayangnya jalan mereka menuju impian berliku dan mereka tidak pernah tahu pasti
bagaimana akhir dari perjalanan itu. Mereka kemudian berjanji, “One day, let’s
meet on the same stage.”
Do Re Mi Fa Sol
La Si. Dia memanggilku dengan bunyi yang semakin tinggi. Si La Sol Fa Mi Re Do.
Ketika ku dekati suaranya merendah. Dia selaksa pengharapan. Tatkala jauh dia
memanggil dengan nada yang nyaring. Tetapi semakin tak berjarak aku padanya,
suaranya samar dan seolah tak jelas berasal dari mana. Kosong. Bunyi tak berujung
mengecohku untuk ke sekian kali. Berulang-ulang ku katakan ini kali terakhir
aku mempercayai tipuannya. Namun, berbekal suara tipis itu keesokan harinya aku
kembali menjelajah permukaan bumi untuk menghampirinya.
“Just because you’re so-called BigBang’s junior group, people’s expectations are very
high. You have to make songs that reach the expectations people have for YG
and Winner. You need to be more tired and more uncomfortable and more scared. You
can’t achieve success just by being in YG” – YG's advice to Winner
Mula-mula aku berjalan
menggandeng mimpi. Saking asyiknya bercerita, aku lupa mengulurinya kesempatan berbicara. Dia mengeratkan jemarinya sehingga tanganku sesak seolah tak
ada lagi udara di antara jari kami. Aku menerka-nerka mengapa dia
memperlakukanku demikian kasar. Diam-diam aku meliriknya. Dia menatapku tajam
kemudian sorot matanya menyuruh penglihatanku beralih memperhatikan jalanan di depan.
Di telinga kita, saban orang menjinjing musik masing-masing dan
melintas. Ada lagu berirama mayor, ada juga
minor. Terdapat bunyi yang gaduh, terdapat pula yang sayup-sayup. Dan di antara
semua kidung itu, terselip suara yang paling mudah kita kenali. Bagiku, suara
akustik yang berdenting renyah itu lugas terurai di tengah semua
harmoni.
#PRAYFORGAZA
Kita tidak pernah benar-benar
mengerti biru sebelum jiwa terlunturi warnanya. Malam dingin disesaki gemuruh
gurauan nan dengan sinisnya asyik sendiri. Segenap suara berhamoni untuk
meledek kita yang tengah dirundung kesepian. Malam itu tidak dingin, kulit kita
yang terlucuti selimutnya. Malam tidaklah sunyi kecuali kita tertidur dan
tersesat dalam mimpi kesendirian yang mendera. Pasti ada yang keliru dengan
hati yang meneriakkan sunyi sementara kegaduhan meraung-raung.
Sanggupkah manusia melepaskan sandaran batin tanpa sedikit pun berduka karenanya?
Kami dipertemukan oleh sebuah perkumpulan. Jiwaku tergetar semenjak
baru mendengar susunan huruf namanya saja. Dia adalah kembang gula di sela percakapan siapa pun. Maka sebelum kami bersua aku menerka hatinya nan semanis karamel. Keinginan berdiri di hari perkenalan membuncah. Anehnya pintalan waktu bergulir begitu cepat
dan tibalah masa kami bersisihan. Meskipun
telah sibuk mempersiapkan diri guna hari perjumpaan, di hadapannya aku seolah
tidak siap sama sekali.
“Lekas bangun dari tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu, cuci muka biar terlihat segar, merapikan wajahmu, masih ada cara menjadi besar, memudakan tuamu, menjelma dan menjadi Indonesia.” (Menjadi Indonesia, Efek Rumah Kaca)
Saya bercerita mengenai pilpres yang jatuh hari ini. Saya yakin akan menyesal
kelak jika tak pernah menuliskan tulisan ini. Banyak tulisan tentang pilpres yang berhenti menjadi draft karena kemudian saya meragu. Hari ini saya memutuskan untuk menekan tombol “publish”.
(Orang-orang lagi demam piala dunia, saya malah demam Dunia Tanpa Koma. Hihihihi. Spanyol udah gugur sih, saya sudah tidak punya harapan *tsaaah.)
Sebenarnya dulu banget saya udah pernah terkena demam DTK tetapi sekarang saya terjangkit lagi. Kejadiannya bermula saat saya menceritakan DTK kepada teman kos saya, Dyan. Awalnya saya ragu dia mau nonton. DTK ceritanya agak berat dan temanya juga nggak umum. Buat saya yang suka dunia jurnalistik sih keren tapi saya nggak yakin orang yang nggak tertarik dunia publisitas berita menganggapnya menarik.
Sebenarnya dulu banget saya udah pernah terkena demam DTK tetapi sekarang saya terjangkit lagi. Kejadiannya bermula saat saya menceritakan DTK kepada teman kos saya, Dyan. Awalnya saya ragu dia mau nonton. DTK ceritanya agak berat dan temanya juga nggak umum. Buat saya yang suka dunia jurnalistik sih keren tapi saya nggak yakin orang yang nggak tertarik dunia publisitas berita menganggapnya menarik.
Bolehkah aku menyadur sedikit demi sedikit tubuhmu menjelma puisiku?
Aku mendengar kisah tentangmu dari
seorang sahabat. Lazimnya mustahil berhasrat lebih dari sekadar berkawan dengan seseorang yang
hanya dikenal
melalui telinga. Tetapi aku terperangkap teka-teki dan perjudian mengenai perwujudanmu. Aku menggubah imajinasi tentang mata, senyum,
jemari, batin, paru-paru, hingga telapak kakimu ke dalam huruf. Bila kita bersua, apakah kenyataan akan meluruhkan larik-larik yang ku rangkai untuk menyusun tubuhmu?
"They say that time flies
But you keep breakin' its wings"
Taeyang has released his third solo album with the title song "Eyes, Nose, Lips". The ballad R&B song slayed the charts, received the certified all-kill achievement. After winning local's hearts (by won 6 trophies on music shows so far) and of course international recognition (by topped many iTunes charts and joined Billboard 200 chart), YG prepares another surprise: the YG family cover project. Its very first project was Akdong Musician's cover of Eyes, Nose, Lips. A cute interpretation of the heart-wrenching original version. If in the original version, Taeyang showed us a vibe of how painful and empty he is because of the one he loves, Akdong gave us a feeling of first love disaster. The arrangement sticks with Taeyang's but this one is acoustic. Even though it lacks the sorrowful emotion--puts broken pure love feeling instead, Akdong provided us a fresh cover. Soohyun's high pitches are refreshing and Chanhyuk's rap is cool. Simply, the siblings' cover is beautiful.
Dua: invocation, an act of supplication. The term is derived from an Arabic word meaning to ‘call out’ or to ‘summon’ (Wikipedia)
Aku ingat masa di mana kau melempar
kedua tanganmu di udara. Di hari itu aku belum tahu siapa dirimu tetapi papan
pengumuman melantarkan takdir kita berada di sekolah yang sama. Kau begitu
girang namamu tertera di sana—karenamu aku turut terselubungi rasa serupa.
Firasatku berbisik kita akan kerap berpapasan atau setidaknya aku hendak
menyulap seolah kita tak sengaja bersua.
Hujan adalah tetes-tetes darah menghantam
lantai serambi jantung
Rongga-rongga membanjir
:Tanpa pori-pori
Berkeliling dari serambi lalu kembali
Ke serambi atau bilik-Mu
Aku setitik darah terpompa
Mengitari persinggahan panjang
Dalam kecepatan dan percepatan yang dirahasiakan
Lantas pulang menuju keabadian
Beberapa waktu yang lalu, sulit dibayangkan bahwa terdapat puluhan ribu manusia Indonesia yang tidak bersedia menjual suaranya dan justru rela membayar untuk mendukung capres yang dipilihnya. Beberapa tahun sebelum ini, tidak pernah terpikir alangkah banyak orang yang ikhlas tak dibayar untuk memajukan bangsa. Saya masih terkagum-kagum menyaksikan ribuan anak muda yang tulus menggunakan segenap kreativitasnya untuk pergerakan sosial. Keputusan saya untuk menghindari TV ternyata kalah satu langkah dari ribuan orang yang telah mengadukan tayangan tidak mendidik kepada KPI. Ada begitu banyak orang yang konsisten melakukan langkah luar biasa tanpa mengejar popularitas. Sungguh, Indonesia hebat. Masih banyak orang yang peduli terhadap kebaikan bersama. Lalu, masihkah bisa kita berdiam diri?
“Apa kebaikan yang sudah saya
kerjakan? Sudahkah saya menjadi bagian dari perbaikan? Jangan-jangan
saya adalah bagian dari masalah negara ini.”
Memulai pagi dengan kebangun mendengar histeria teman-teman diklat yang sedang menonton Spanyol vs Belanda, saya akhirnya susah tidur lagi. Pantes semua heboh, Spanyol kalah 1-5 dari Belanda (oh nooo). Sebagai pendukung Barca, rasanya gimana gitu Spanyol kalah telak. But still, thank God for the perfect timing of world cup competition. Kuping saya udah keseringan denger obrolan pilpres. As predicted, kemampuan sepakbola mengalihkan perhatian dari pilpres sungguh luar biasa. Good job, world cup :-*
A late birthday wishes to my lovely
sister, Mbak Fitri
Mbak Fit mengulangi tanggal
lahirnya beberapa waktu yang lalu saat saya sedang diklat di Bogor. Setelah menyingkirkan
segala aktivitas belajar (pencitraan), walaupun terlambat, saya masih ingin
menulis ucapan untuknya. Saya akan merangkum kesan saya terhadapnya dalam
tulisan ini.
Ku rahasiakan sesuatu yang terus
berdebur di pikiranku: pada akhirnya aku akan menemukanmu. Di sela ilalang yang hendak menutup jalanku, aku terus melangkah. Mereka bertanda tanya
tentang sesuatu yang menyulap kakiku terlampau ringan. Mereka menggeleng-geleng
dan aku melanjutkan pencarian.
Ku pendam alasan kakiku ringan:
menuju ke arahmu.
Kau datang ke acara reuni juga? Rasanya
telah lama kita tak bersua.
Izinkan aku menoleh ke masa lalu
sebentar. Ada masa di mana kita senangtiasa menggambar benda tiga dimensi di
buku gambar kita. Kita terlampau girang melukis seolah benda yang kita torehkan
akan melompat keluar dari buku gambar. Maka kita pun menggores pensil
membentuk rupa barang yang kita angankan. Suatu hari seperti kebetulan aku
menggambar sepatu lari dan kau menggambar rumah.
Beberapa hari terakhir ini, saya
tak putus-putus mendengar orang-orang berbincang tentang pilpres. I’m kinda
tired of that or what, now I even want to write it. Saya sebenarnya tak terlalu
ingin berkomentar tetapi lama kelamaan pembahasan yang mengarah ke menjelek-jelekkan itu cukup berisik ya. Jujur saya terganggu dengan obrolan
yang tak ada habisnya itu. I mean, can't we just stop hating?
“Taeyang is the type whose
understanding of music and dance are really deep”- Yang Hyun Suk, YG Ent.’s
chairman.
‘The sun’ is rising!
Taeyang means sun. Ever since the
first time I’m into Big Bang, I think I knew why YG gave one of the members a
stage name “Taeyang”. He is Korea’s best dancer and best R&B singer. And
with that name--apart from Big Bang's albums, Taeyang has released 3 solo albums: Hot, Solar, and Rise (LOL,
everything is about the sun). He dropped his latest album last night and I stuck
listen to those songs on repeat. Waited for 4 years since his last solo album
in 2010, the singer of "Only Look at Me" is back with stunning songs.
image source: thejakartapost.com |
IMZ’s Confession #78: Saya adalah
seseorang yang ingin me-retweet semua
tweet Sapardi Djoko Damono.
Atas kesadaran yang muncul
beberapa hari yang lalu ini, just call me crazy. Saya yang tidak terlalu suka
berseliweran di media sosial (except blog, I adore this one. Hihihi) menghadapi
kenyataan bahwa saya terlampau sering menahan keinginan me-retweet kicauan @SapardiDjoko_ID. Baiklah, daripada saya membanjiri
linimasa dengan retweets, saya akan menuliskan keinginan itu di sini. Hihihi.
My bestfriend gave me the best advice. He said each day's a gift and not a given right (If Today Was Your Last Day-Nickelback)Jika hari ini adalah hari terakhir kita, apa yang akan kita lakukan? Mungkin terdengar sebagai sebuah pertanyaan klise, tetapi lagu ini menjawab keklisean itu dengan penuh makna. Lagu berirama rock ini mengupas pengandaian itu dengan lengkap. Dipenuhi dengan pesan-pesan yang positif, siapa pun yang mendengarkan lagu ini seolah mendapat suntikan energi untuk berlari sangat kencang. Yeah, lagu ini membuat kita merasa harus memaksimalkan setiap detik yang berjalan.
This is your life. Do what you love and do it often.- Holstee ManifestoHave you ever heard about Holstee Manifesto? Here's the complete version of that famous manifesto:
These words knocked my brain so hard. Who would have thought that words could be this strong. So I decide to spread the manifesto to make more people got inspired, just like what happened to me. I don't need to write any additional explanation. The words explain their powerful message by themselves. Life happens once, do the best. Live is short, do only things we love.
Bagi anak kos, kamar yang tidak
sedap dipandang adalah problema yang sepertinya sulit terselesaikan. Jumlah
barang yang tidak sepadan dengan luasnya kamar adalah salah satu pemicunya.
Yes, selain memiliki complicated relationship dengan cucian, anak kos memiliki
hubungan yang tak kalah peliknya dengan barang-barang di kamarnya. Barang-barang
tersebut tidak mau menata diri sendiri agak tampak indah, melainkan membutuhkan
kita untuk merapikannya. Masalah menjadi semakin parah karena saat jumlah
barang di kamar sangat banyak--jangankan menata, tempat tidur pun kita bisa
alih fungsi menjadi tempat baju cucian yang belum disetrika. Kemudian kita pun tidur
di lantai *pasrah. Anak kos having such a complicated life.
"Karena kamu setiap hari jadi gombal day."
Today is officially gombal day
for me. Hihihi. Di pagi hari, kisanak Bakhas sudah menggalau saat membuka salah
satu situs diskonan (oh, the d****s man). Dia berniat membeli sweater dan bingung memilih warna.
Well, everything seemed okay until he said, “Ditulis
di sini fungsinya menghangatkan tubuh padahal yang dingin hati gue”
Sorot bola matanya ke arahku girang. Bias matanya menyelam ke dalam hatiku lalu
merobek dindingnya. Genggam kuat tangannya dilepasnya dari pundakku beriring langkahnya hilang dari pandangan. Bus
yang ditumpanginya berlari menjauh. Tak sempat aku menceritakan pertahanan agar dia tak menyadari ketakutanku. Bahasanya kepadaku seperti sandi yang mustahil diterjemahkan. Seperti kini, dia
mencabik pelan hatiku dengan tatapan gembiranya. Mengapa dia selalu begitu riang berperang
dengan pemerintah?
Adalah hal yang tidak lazim;
buku-buku yang kau baca berubah menjadi buku yang tampak sangat berkelas. Bola
matamu menelusuri larik-lariknya tanpa teralihkan adalah buktinya. Apakah lagu
yang berputar di balik earphone-mu?
Jika dapat aku ingin mencatat judulnya untuk ku dengar. Setiap detail kata yang
kau ucap seolah adalah cuplikan buku atau penggalan puisi. Katakan padaku hal-hal
yang kau sukai, aku ingin membuntutinya.
Words might be sharper than a sword. So use jokes wisely please...
Saya yakin saya sedang tidak overly-sensitive ketika rasanya saya ingin sekali marah mendengar becandaan seseorang. Pada satu titik, kita tentu tidak ingin mendengar becandaan yang sama terucap berkali-kali. Yang sedang saya hadapi hari ini adalah orang yang mungkin menganggap sifat easy going saya melegalkan dia untuk bercanda terus-menerus ke saya. Ketahuilah bahwa secuek-cueknya orang pasti punya rasa marah. Saya tidak bisa terus-menerus membiarkan orang yang tidak mengerti batas antara bercanda dan melukai perasaan.